Nostalgia 7 Tahun: Mengenang Kembali Memori AFAID 2012-2018

1

Dody Kusumanto – Senior Editor (KAORI Newsline)

“Saya menghadiri seluruh AFAID kecuali yang pertama (2012) dan terakhir (2018). Secara keseluruhan, AFAID sebenarnya tidak jauh berkesan-kesan amat dibandingkan dengan acara Jejepangan besar yang sudah ada, di luar adanya guest star internasional, termasuk I Love Anisong yang tersohor itu. Tapi karena guest star yang pernah hadir hampir tidak ada satupun yang merupakan favorit saya, jadi saya tidak terlalu berkesan. Terlepas dari pada itu, AFAID telah menjadi ajang “Lebaran” bagi kaum penyuka Jejepangan, khususnya yang tinggal di Jabodetabek, di mana banyak fans yang berbondong-bondong datang, dan saling bertemu sapa dengan teman-teman mereka sesama penyuka Jejepangan. Akan menarik mengamati bagaimana jadinya iklim event Jejepangan di Indonesia, khususnya Jabodetabek setelah AFAID tak ada lagi.”

Goldy Ventura – News Contributor (KAORI Newsline)

“Kenangan terindah kala AFAID 2013 di mana artis-artis pendukungnya mantap dan keren seperti Babymetal, Dempagumi, Kalafina, Aoi Eir, dll. Bela-belain beli tiket VIP dan dapat posisi tengah depan. Pengalaman tak terlupakan. Tahun berikutnya agak lumayan soalnya ada Aoi Eir, May’n, dan beberapa artis anisong yang bagus. AFAID terburuk menurutku itu tahun 2015, 2016 di mana artis-artisnya kurang mumpuni, hanya anisong saja. Well ada bagusnya tahun 2015 karena ada Akiba Stage berisi idol-idol lokal dan Jepang seperti Pink Babies. Maid cafe masih OK tapi harganya overpricey plus salah satu pihak sponsor mengharuskan pengunjung tidak membawa produk minuman lain selain milik sponsor. Tahun 2017 produk minuman itu tetap menjadi yang harus dibawa ke dalam venue karena faktor sponsor. Yang menarik di konsernya pada saat itu hanya Luna Haruna, sisanya kurang memuaskan. Apalagi May’n diundang tiba-tiba karena ada 1 artis yang berhalangan. Ditambah ada penyanyi utaite yang tampil di konser, menambah kurang gregetnya konser anisong AFAID 2017.

Last but not least, AFAID 2018 dengan venue baru di ICE yang luas dan nyaman. Tapi minus maid cafe dan diganti booth-booth gaming. Ya lumayan dapat menghilangkan dahaga gaming. Munculnya booth yang konon katanya menjual barang bootleg kembali lagi, meskipun bisa mendapatkan barang dengan harga murah. Pemberian hadiah door prize di booth sponsor perbankan dilakukan menjelang penutupan acara, sehingga sulit menukar hadiah voucher karena booth-booth yang dapat menerima voucher dari sponsor tersebut sudah tutup. 🙁 Next time AFAID kalau mau diadakan lagi, perbanyak idol-idol Jepang dan lokal dan juga pemberian hadiah dilakukan sebelum waktu closing jadi tidak mem-PHP para pemenang.”

Marwa Hasani Pranata – Staff (KAORI Newsline)

“Saya cuma pernah masuk sebentar ke AFA 2015, setelah perjalanan berjam-jam dari Jogja ke Jakarta dengan KA yang melintasi malam. Kesan saya? Berantakan, sumpek, kacau. Tidak ada pengarahan crowd yang rapi, jalan yang gampang terhalang karena gerombolan-gerombolan orang, baik cosplayer maupun tidak, yang berdiri menghalangi jalan atau bahkan duduk seenaknya sendiri di sembarang tempat. Yang lebih mengenaskan adalah panitia yang hampir tidak kelihatan karena kewalahan dengan jumlah pengunjung.

Saya sering pergi ke tempat yang ramai dengan orang, tapi pada acara AFA tersebut, saya baru pertama kali mengalami panic attack karena keramaian yang tidak terkendali.”

Rafly Nugroho – Staff (KAORI Newsline)

“AFAID 2012: AFA pertama di Indonesia, waktu itu masih baru banget kenal sama dunia komunitas per-anime-an dan baru banget main-main ke event di tiap bulan. Waktu itu ke AFA karena masih join di grup cosplay dan ada yang ngajakin ke sana. Pertama kali kaget ngeliat harga tiketnya karena waktu itu harga standar tiket event jejepangan biasanya 30 ribu. Ini Exhibition only 50 ribu, terus mau konser bayar lagi. Apa daya kantong anak SMA yang pada saat itu belum mengenal gegap gempita rupiah, menabung berbulan-bulan hanya untuk tiket 50 ribu dan untuk belanja di sana. Selain karena diajak teman cosplay waktu itu datang karena ada turney Cardfight Vanguard (VG). Waktu itu masih aktif main VG.

Kesannya apa ya…. seru aja event-nya karena kontennya rame namun sayang karena tiketnya sangat mahal bagi saya yang masih SMA di waktu itu, jadi ada sedikit “halangan” dan “ganjalan”. Terlebih waktu itu sebenarnya sangat mau nonton konser tapi tidak ada uang. Meski akhirnya saat hari ke-2, sudah di taksi jalan pulang, teman memberi kabar kalau konser anisong dibuka gratis…. Yah mungkin bukan rejeki :”). Di masa itu juga antrian tiketnya lumayan panjang, waktu itu antri redeem sampai 1-2 jam. Seru secara konten tapi secara harga dan antrian bikin bete.

AFAID 2013: Belajar dari AFAID 2012 yang antrian tiketnya panjang, waktu AFAID 2013 coba datang pagi, jam 7, tapi ternyata kenyataan malah… Antriannya panjang. Yah AFAID 2013 mungkin memang Best AFAID secara lineup guest namun masuk dalam Worst AFAID dari segi antrian pengunjung. Singkat cerita saya butuh sekitar 4 jam hanya untuk beli tiket, lalu 3 jam hanya untuk masuk setelah beli tiket, total 7 jam dihabiskan di luar venue untuk antri. Saat masuk ternyata lebih parah, terutama bagian eskalator ke bawah yang sama sekali tidak gerak karena ada maid cafe di sebelah eskalator. Mungkin itu adalah kejadian yang membuat saya sedikit trauma akan tempat ramai, terlebih lagi kondisinya orang-orang tidak bisa gerak di eskalator yang terus berjalan. What a nightmare becomes alive! Pengaturan layout booth yang sangat kacau dan tidak memerhatikan alur jalan pengunjung membuat saya tidak bisa sama sekali menikmati AFAID 2013. Bahkan untuk ke toilet dan ke mushola saja saya butuh usaha sangat ekstra keras karena pengunjung yang saling berhimpitan. Kombinasi pengaturan layout booth yang kacau dan naiknya harga tiket benar-benar menjadikan AFAID 2013 pengalaman terburuk saya datang ke event Jejepangan.

AFAID 2014: Masih bertempat di JCC untuk kedua kalinya setelah 2013, setidaknya AFA kali ini sudah belajar mengenai sistem antrian tiket. Di tahun ini antrian mengular, panjang, dan tentu lama, namun lebih tertib dan sedikit teratur dibandingkan di 2013. Pengaturan denah booth di dalam juga sudah lebih manusiawi, meskipun pengunjung ramai namun masih ada ruang gerak yang cukup karena sudah tidak ada lagi maid cafe di dekat eskalator. Meski begitu ada satu hal yang sangat disayangkan, yaktu pelaksanaan AFAID 2014 yang bertepatan pada HUT RI ke 69 tidak dibuka dengan upacara bendera penghormatan kepada sang saka merah putih dan pembacaan teks proklamasi. Harga tiket naik dan sudah mencapai hampir 2 kali lipat dari AFAID 2012, dengan konten acara yang tidak banyak berubah menurut saya mulai tidak bisa dicapai untuk penggemar anime dengan kantong pas-pasan. Pada AFA kali ini saya akhirnya bisa menikmati konser I Love Anisong, dan entah kenapa saya cukup terganggu oleh sound system yang memekikkan telinga. Konsernya ramai dan seru, namun saya lihat masih banyak kursi kosong tidak terisi, mungkin karena tiket sangat mahal sehingga tidak banyak yang menonton.

AFAID 2015: Pada tahun ini cukup mengejutkan karena setelah 2 kali diselenggarakan di JCC Senayan, AFAID di tahun ini kembali ke tempat semula yakni di JI Expo, Kemayoran. Secara konten entah kenapa mulai terasa repetitif dan benar-benar membuat agak jenuh. Secara konten sudah tidak terasa spesial di mata saya, guest yang hadir tidak semewah 2013, namun setidaknya antriannya sudah menjadi agak manusiawi. Mungkin yang membuat saya berkesan di AFA tahun ini bukan dari konten yang dihadirkan AFA, tetapi pengalaman saya bertemu banyak teman baru. Konser masih tetap dengan sound system yang membuat telinga berdengung kencang.

AFAID 2016: Pengalaman saya menikmati AFAID 2016 sedikit unik, karena pada saat hari Jumat (Day 1), saya harus menjalani sidang proposal tugas akhir di kampus, namun harus tetap sampai di venue AFA sebelum siang karena takut akan antrian membludak. Selesai sidang proposal, saya langsung menuju JI Expo dari Depok dengan memacu kecepatan motor agar tidak telat, dan akhirnya bisa juga sampai tepat setelah Solat Jumat di venue JI Expo. Ternyata antrian tidak terlalu ramai, tidak hanya di Jumat, tetapi di Sabtu dan Minggu juga. Di dalam juga pengunjung tidak terlalu ramai, saya cukup leluasa berkeliling. Seru sih, tapi lagi-lagi konten yang dibawa tidak terlalu menarik. Namun tetap saja saya rasa ke event ini seru karena hanya di event ini saya bisa bertemu teman-teman dari luar kota. Oh iya di tahun ini sempat ada problem terkait pembatasan minuman dan makanan yang boleh dibawa ke venue, jujur hal ini sangat membuat repot saya dan para pengunjung lainnya.

C3 AFA 2017: Untuk tahun ini AFA melakukan rebranding, saya kira akan mengubah banyak isi konten acara tetapi tidak terlalu berdampak. Antrian mulai tidak terlalu ramai, sempat panjang namun 1-2 jam langsung terurai lancar, sepertinya karena pengunjungnya sudah berkurang dibandingkan tahun sebelumnya. Namun di AFA kali ini akhirnya ada berbagai konten baru yang menarik, terutama booth Fate/Apocrypha yang menghadirkan materi produksi animenya. Tidak ada yang terlalu berkesan kecuali lagi-lagi peraturan mengenai pembatasan minuman dan makanan yang dibawa pengunjung. Konser cukup seru namun sound system masih tidak bersahabat dengan telinga saya.

AFA 2018: Gak dateng, tengkyu~”

Demikian berbagai macam komentar dari staff kami mengenai pengalamannya menghadiri AFAID, baik dari yang pertama maupun yang terakhir. Kami harap suatu hari nanti AFA akan kembali datang ke Indonesia dengan suasana lebih meriah.

KAORI Newsline

1 KOMENTAR

  1. pastinya turut menyedihkan mengingatini salah satu event jejepangan yg selalu menarik untuk diikuti, semoga kedepannya afa bisa tetap hadir di indonesia

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses