Ketegangan diplomatik antara Tiongkok dan Jepang yang memanas pada November 2025 ini mulai memakan korban di sektor kebudayaan. Para penggemar budaya pop Jepang di Tiongkok harus menelan kekecewaan mendalam setelah serangkaian konser musik, festival, dan perilisan film dibatalkan secara mendadak. Situasi ini dipicu oleh komentar Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, terkait isu Taiwan yang memancing kemarahan Beijing, mengakibatkan efek domino pada pertukaran budaya kedua negara.
Kekecewaan Fans Kokia dan JO1 di Tiongkok
Salah satu insiden yang paling memukul penggemar adalah pembatalan konser penyanyi-penulis lagu Jepang, Kokia, di Beijing. Pada Rabu malam, acara tersebut dibatalkan secara tiba-tiba dengan alasan “masalah teknis di menit-menit terakhir”. Padahal, banyak penggemar yang sudah menunggu di lokasi selama lebih dari satu jam, bahkan ada yang datang dari luar kota. Pihak penyelenggara baru merilis permintaan maaf pada hari Kamis, yang disambut dengan komentar frustrasi dari para penggemar di media sosial.
Baca juga: Kazuya Mulai Dikerubutin Cewek Setelah Rambutnya Mirip Sang Pengarang Kanojo Okarishimasu
Nasib serupa juga dialami oleh grup idola JO1. Tiga anggota grup tersebut dijadwalkan tampil di Guangzhou akhir bulan ini, namun acara tersebut dibatalkan pada hari Senin dengan alasan force majeure. Di Shanghai, sebuah festival komedi yang rencananya menampilkan belasan komedian Jepang juga dibatalkan dua hari sebelum acara dimulai dengan alasan yang sama. Menurut laporan penyelenggara, setidaknya dua pertunjukan di Beijing, tiga di Shanghai, dan dua di Guangzhou telah terkena dampak pembatalan ini.
Film Cells at Work! dan Crayon Shinchan Kena Tunda
Dampak dari perselisihan ini tidak hanya berhenti di panggung musik. Industri perfilman juga terkena imbasnya. Film komedi Jepang Cells at Work! mengalami penundaan rilis. Begitu pula dengan film animasi Crayon Shinchan the Movie: Super Hot! The Spicy Kasukabe Dancers yang dijadwalkan rilis awal Desember, kini nasibnya menjadi tidak pasti.
Baca juga: Re:Zero Season 4 Akan Dirilis April 2026
Bagi generasi muda Tiongkok yang tumbuh besar dengan konsumsi tinggi terhadap anime, komik, dan game Jepang, situasi ini sangat mengkhawatirkan. Karya-karya Studio Ghibli dan musik Joe Hisaishi memiliki basis massa yang besar di sana. Wang Shu, seorang mahasiswa di Tianjin yang gemar cosplay, mengungkapkan ketakutannya bahwa sentimen publik akan berbalik menyerang penggemar sepertinya. “Opini publik umum mungkin menjadi tidak bersahabat dan berbalik mengkritik orang-orang yang mengikuti budaya Jejepangan ini sebagai hobi,” ujarnya.
Akar Masalah dan Kekhawatiran Masa Depan
Ketegangan ini bermula dari pernyataan PM Sanae Takaichi yang menyiratkan bahwa Tokyo dapat mengerahkan kekuatan militer jika terjadi konflik di Selat Taiwan. Beijing merespon dengan protes keras, menyebutnya sebagai campur tangan urusan internal. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, menyebut komentar tersebut telah “meracuni opini publik”. Imbasnya, Forum Beijing-Tokyo tahunan yang seharusnya digelar akhir pekan ini pun ditunda.
Di tengah ketidakpastian ini, para penggemar juga khawatir akan nasib film Demon Slayer: Infinity Castle yang saat ini sedang memuncaki box office Tiongkok dengan pendapatan lebih dari 400 juta yuan. Ada ketakutan bahwa film tersebut bisa ditarik paksa dari peredaran. Selain itu, tur musikal Sailor Moon yang dijadwalkan di Hangzhou, Shanghai, dan Beijing juga terancam penundaan.
Pan, seorang penggemar budaya Jepang, mengungkapkan kesedihannya melihat jarak yang semakin lebar antar kedua negara. “Dulu kita punya konsep desa global (global village), tapi sekarang rasanya kita semakin menjauh satu sama lain,” ungkapnya, berharap agar pertukaran budaya tidak menjadi korban politik yang berkepanjangan.
KAORI Newsline | Sumber
