Turis Jepang Terekam Mengutil di Bali

0
turis jepang mengutil

Sebuah rekaman CCTV dari sebuah toko suvenir di kawasan wisata Bali mendadak viral setelah memperlihatkan sekelompok turis Jepang yang diduga melakukan aksi mengutil. Dalam video berdurasi hampir semenit itu, terlihat beberapa remaja laki-laki memasukkan T-shirt dan barang dagangan lain ke dalam tas mereka saat pegawai toko lengah. Aksi tersebut langsung memicu kehebohan.

Kritik Deras Mengalir

Setelah video tersebut beredar luas di media sosial Indonesia dan Jepang, warganet mulai menelusuri asal para turis Jepang itu. Beberapa pihak menuding mereka berasal dari sebuah sekolah di Kyoto. Kritik deras mengalir, terutama karena perilaku tersebut dianggap mencoreng nama baik wisatawan Jepang di luar negeri. Ketika sorotan semakin tajam, pihak sekolah akhirnya menghapus beberapa akun media sosial mereka sebelum merilis pernyataan resmi.

Pihak Sekolah Sampaikan Permintaan Maaf

Pada 8 Desember 2025, pihak sekolah bersangkutan akhirnya mengakui bahwa sejumlah siswanya memang melakukan tindakan pencurian saat kunjungan ke Bali. Kepala sekolah menyampaikan permintaan maaf kepada pihak toko, komunitas lokal, serta semua pihak yang merasa dirugikan. Dalam pernyataan itu, pihak sekolah menegaskan bahwa insiden ini sangat serius dan akan menjadi bahan evaluasi mendalam terkait bimbingan siswa. Mereka juga meminta publik untuk tidak memperluas spekulasi atau menyebarkan informasi pribadi siswa yang terlibat.

Dampak bagi Toko dan Komunitas Lokal

Menurut laporan media lokal di Ubud, toko yang disasar para turis Jepang itu kehilangan sekitar 10 item pakaian. Pemilik toko baru menyadari kehilangan tersebut setelah melakukan pengecekan stok. Kejadian ini menambah panjang daftar insiden wisatawan yang bertindak tidak hormat di Bali, sehingga memunculkan seruan agar pelanggaran seperti ini ditangani lebih tegas agar tidak terulang.

Gelombang Respons dari Warganet

Para warganet, baik di Indonesia maupun Jepang, mengekspresikan kekecewaan mereka. Banyak yang menilai perilaku para turis Jepang itu tidak hanya merugikan pemilik toko, tetapi juga mencoreng citra wisatawan dari negara mereka. Meski begitu, beberapa suara mengingatkan agar proses pembinaan tetap mengedepankan pendekatan edukatif dan tidak berubah menjadi persekusi online.

KAORI Newsline | Sumber

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses