Jakarta, 8 Agustus 2015 – Data yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian pada tahun 2014 menunjukkan bahwa industri kreatif tumbuh hingga 7% per tahun, dan tercatat ada 3,4 juta unit pekerja industri kreatif di Indonesia. Pemerintah pun menargetkan pertumbuhan industri kreatif pada tahun 2025 bisa mencapai kisaran 12 persen. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan sinergi dan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk di dalamnya pemerintah dengan pelaku industri.
Dalam Popcon Asia 2015, sinergi yang terjadi antara pemerintah dan pelaku industri tersebut terjadi salah satunya dalam sesi talkshow “Accelerating The Future Surabaya As a Creative Hub” yang menghadirkan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya; Dennis Adishwara, CEO Layaria.com, Sunny Gho; Managing Director Stellar Labs; dan Ockto Baringbing, penulis komik sebagai narasumber. Pada kesempatan tersebut, Risma berbagi cerita kepada para pengunjung tentang inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat Surabaya yang didukung oleh pemerintah kota dalam pengembangan industri kreatif di Surabaya. Dalam sesi talkshow tersebut, Dennis, Ockto, dan Sunny juga membahas proyek komik Suryaraka, motion comic fiksi sejarah yang berlatar Kerajaan Majapahit.
Selain berbicara dalam sesi talkshow, Risma juga memamerkan beberapa karya kreatif pemuda Surabaya di Paviliun Surabaya di area pameran. Beberapa program unggulan yang ditampilkan seperti Tata Rupa, yang mempertemukan antara desainer terpilih dengan pelaku usaha kecil menengah (UKM) binaan Pemerintah Kota Surabaya untuk berkolaborasi membuat kemasan dengan desain dan logo yang menarik. Selain itu ditampilkan pula program Kinetic, gerakan yang digagas oleh Pionicon, sebuah perusahaan manajemen IP, yang mengundang anak muda seluruh Indonesia untuk merancang ulang maskot Kota Surabaya.
CEO Pionicon, Faza Meonk, yang juga dikenal sebagai kreator dari Komik Si Juki menuturkan pentingnya peranan maskot dalam menciptakan city branding yang positif. “Maskot merupakan bagian penting dalam membentuk identitas kota dan menciptakan citra positif, sekaligus menjadi media dalam menyampaikan pesan yang efektif ke masyarakat secara luas. KINETIC ini merupakan upaya untuk mengajak lebih banyak masyarakat khususnya yang bekerja di industri kreatif untuk berkarya bagi masyarakat. Karena desain seharusnya bukan menjadi sekadar estetika, tetapi juga harus bermanfaat bagi banyak orang.”
Sementara itu Dennis Adishwara, CEO Layaria.com mengatakan, “Suryaraka mengangkat cerita tentang mengenai nilai moral dan kepahlawanan yang mendorong agar anak muda bisa terinspirasi agar mereka berjuang dan berkarya dalam berbagai bidang termasuk dalam industri kreatif. Karena banyak pihak yang tidak percaya bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar, termasuk kalangan anak muda. Proyek ini pun kami garap dengan serius, di mana kami melakukan riset dengan membaca beberapa disertasi, hingga pergi ke situs Trowulan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai latar sejarah yang diangkat.”
Melalui Popcon Asia 2015, berbagai pemangku kepentingan di industri kreatif bisa saling mengisi dan berkolaborasi untuk menciptakan berbagai proyek yang mendunia.
Sekilas Tentang Popcon Asia
Popcon Asia atau Popular Culture Convention, adalah festival terbesar di Asia untuk konten terkait industri kreatif, terutama komik, mainan, film, dan animasi dari kreator lokal dan internasional. Popcon Asia bertujuan mengembangkan hak kekayaan intelektual para kreator Indonesia, dan mempromosikannya ke dunia. Pada tahun 2015 ini, Popcon akan diselenggarakan untuk yang keempat kalinya pada Jumat-Minggu, 7-9 Agustus 2015 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Selatan. Acara ini merupakan proyek bersama antara beberapa perusahaan yang bergerak di industri kreatif seperti Revata, Fabula, Kibar, Kreavi, Layaria, Pionicon, dan Plastic Culture. Selama tiga hari, Popcon Asia 2015 yang juga didukung oleh oleh Korean Cultural Center (KCC), Institut Français d’Indonésie (IFI), dan Akademi Samali.
KAORI Newsline | Informasi yang disampaikan berasal dari pihak pemberi siaran pers sehingga tidak ada kaitannya dengan kebijakan editorial KAORI Newsline.











