Perjalanan KRL Seri 6000 Hibah eks-Toei, Setelah 15 Tahun

1

Setelah hampir 6 tahun berdinas sebagai KRL Ekspres, pada tahun 2006 KRL seri 6000 turut mencicipi dinasan layanan KRL terbaru pada saat itu, KRL Semi Ekspres yang jumlah stasiun pemberhentiannya lebih banyak daripada dinasan KRL Ekspres biasa. KRL seri 6000 ini selalu menjadi langganan untuk beroperasi sebagai KRL Semi Ekspres.

3455971572_3fd7e188c6_o
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6121F di stasiun Bojonggede tahun 2009. Kala itu berdinas sebagai KRL Ekspres dan KRL Ekonomi AC

Tahun 2007, PT Kereta Api Indonesia (KAI) – Divisi Jabotabek yang kala itu belum bertransformasi menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) membuka layanan baru berupa KRL Ekonomi AC. Layanan KRL ini berhenti di setiap stasiun seperti KRL Ekonomi non-AC yang kala itu masih beroperasi, namun menggunakan rangkaian KRL AC. Walaupun tak langsung mendapat giliran, KRL seri 6000 ini pun tak luput dari pembagian tugas sebagai KRL Ekonomi AC.

Saat itu, KRL seri 6000 selalu diandalkan sebagai KRL Ekspres karena akselerasi maupun deselerasinya yang sangat baik. Maklum, seluruh unit kereta pada KRL seri 6000 ini adalah kereta berpenggerak (motor) dan sama sekali tidak mempunyai kereta non-penggerak (trailer).

3757219121_be8964460a_o
KRL seri 6000 rangkaian 6271F di stasiun Depok, 2010

Dan ketika layanan KRL Ekonomi AC beserta Ekspres dihentikan pada tahun 2011 dan berganti nama menjadi KRL Commuter Line, KRL seri 6000 ini masih ambil bagian dengan tidak ikut dipensiunkan, walau pada saat itu usia operasinya di Jabodetabek telah mencapai 11 tahun, melebihi perkiraan semula yang hanya 10 tahun.

IMG_1013
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6177F, sebelum mengakhiri dinasnya di akhir 2014

Tahun 2014 seolah menjadi awal dari akhir perjalanan KRL seri 6000 di Jabodetabek. Beberapa rangkaian KRL seri 6000 harus menyerah pada keadaan, tumbang satu per satu dengan aneka gangguan operasional yang mendera akibat menuanya usia. Saat ini, hanya tersisa 1 rangkaian formasi 8 kereta yang masih berdinas sebagai KRL Commuter Line dan 2 rangkaian formasi 2 kereta yang difungsikan sebagai pelangsir di Dipo KRL Depok dan Bogor. Sementara 60 unit (8 rangkaian) sisanya telah berhenti beroperasi dan mengalami perucatan. Sejak 23 November 2015 lalu, rangkaian-rangkaian KRL seri 6000 yang telah berhenti beroperasi “dimakamkan” di area lahan kosong di Dipo KRL Depok, Jawa Barat. Ini berbeda dengan KRL non-AC yang dirucat di Purwakarta, dan KRL AC eks-Peristiwa Luar biasa Hebat (PLH) dan rusak yang dirucat di stasiun Cikaum.

IMG_1258
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6217F, sempat berdinas sebagai KRL Feeder sebelum beralih tugas sebagai pelangsir di dipo KRL Depok
DSC_2414a
Deretan KRL seri 6000 hibah yang telah purna tugas di dipo KRL Depok, Jawa Barat
KRL seri 6000 rangkaian 6181F, rangkaian terakhir KRL seri 6000 hibah yang masih beroperasi melayani penumpang
KRL seri 6000 rangkaian 6181F, rangkaian terakhir KRL seri 6000 hibah yang masih beroperasi melayani penumpang

Sepanjang perjalanan operasinya selama lebih dari 15 tahun, berbagai kendala dan hambatan yang terjadi telah berhasil dilewati. Paling sering terjadi adalah masalah pada AC yang kerap tidak bekerja optimal, sehingga suhu ruang penumpang menjadi panas. KRL ini pun sempat memiliki citra negatif bagi penggemar kereta api (railfans) karena masalah tersebut. Namun masalah tersebut telah berhasil diselesaikan KCJ dan jarang sekali terjadi lagi gangguan AC di seri KRL ini dalam beberapa waktu terakhir.

IMG_1532 (2)
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6121F tahun 2012, terkenal dengan AC yang sering bermasalah

KRL seri 6000 juga pernah mengalami dua kali kejadian kecelakaan atau Peristiwa Luar biasa Hebat (PLH) berupa tabrakan dengan lokomotif di Kampung Bandan pada 2008, dan tabrakan dengan KRL non-AC Holec di Kebon Pedes, Bogor medio 2009 silam. Pada kejadian pertama di Kampung Bandan, rangkaian 6181F ditabrak dari belakang oleh lokomotif yang dengan arah yang sama, sehingga kabin masinis kereta 6188 rusak parah dan KRL sempat berhenti beroperasi selama beberapa bulan. Kejadian kedua melibatkan rangkaian lain, 6151F yang kala itu berdinas sebagai KRL ekspres menabrak KRL non-AC Holec yang mengalami gangguan dan berhenti di tikungan di wilayah Kebon Pedes. Akibat yang ditimbulkan lebih parah, dengan hancurnya bagian kabin kereta 6151 dan rusak berat pada kereta 6252 dan 6155.

Namun pada tahun 2010, kedua rangkaian eks-PLH tersebut akhirnya dapat kembali beroperasi. Kabin kereta 6151 yang hancur dan 6188 yang rusak parah dibangun ulang (rebuilt) dengan bentuk baru yang unik dan menarik seperti kabin kereta peluru supercepat, sementara kereta berkabin masinis yang tidak mengalami kerusakan dan kereta-kereta tengah yang masih laik jalan digabungkan dengan kedua rangkaian tersebut. Serangkaian perbaikan ini menghasilkan 1 rangkaian formasi 4 kereta dengan bentuk kabin masinis rakitan (rebuilt) dan 1 rangkaian formasi 6 kereta dengan bentuk kabin masinis asli.

IMG_2895
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6151F, tampil kembali di lintasan setelah mengalami modifikasi kabin masinis akibat kecelakaan tahun 2009 silam

KRL seri 6000 hibah ini juga merupakan KRL dengan kombinasi warna paling banyak yang pernah diterapkan pada rangkaian-rangkaiannya sepanjang perjalanannya berdinas. Dari warna asli sampai warna biru khas armada KRL KAI, dan aneka kombinasi warna unik lainnya pernah digunakan di setiap rangkaian KRL seri ini.(Baca di : Warna-warni Rangkaian KRL AC Jabodetabek Dari Masa ke Masa)

KRL seri 6000 hibah rangkaian 6281F dengan warna Putih yang unik. Beberapa rangkaian KRL seri 6000 hibah telah purna tugas, termasuk rangkaian ini
KRL seri 6000 hibah rangkaian 6281F dengan warna Putih yang unik di bagian muka

Setelah lebih dari 15 tahun pengabdian dengan aneka kisah suka dan duka yang dijalani, akankah KRL seri 6000 hibah menjalankan prosesi perjalanan terakhir (last run) sebagaimana yang 17 tahun lalu dijalaninya di Tokyo, dengan papan peringatan (memorial signboard) terpasang di wajahnya, setidaknya sebagai ungkapan terima kasih saat kelak masa dinasnya akan berakhir?

Cemplus Newsline by KAORI | Faris Fadhli

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses