Lalu, Mengapa Mereka Tertarik?
Meskipun apa yang saya ceritakan di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya wibu syariah yang ada di negara ini, namun hal tersebut sudah dapat menunjukkan bahwa orang-orang tersebut memang benar-benar ada. Lalu, apa yang kemudian membuat mereka tertarik untuk menjajal konten-konten pop kultur Jepang tersebut? Saya pun sempat memikirkan beberapa penyebabnya:
- Hiburan yang murah (setidaknya di Indonesia).
Sudah menjadi rahasia umum bahwa menonton anime di Indonesia merupakan hiburan yang dapat dinikmati oleh siapapun juga, karena memang tidak membutuhkan biaya yang besar selain koneksi internet. Apalagi ketika mulai banyak bermunculan fansub-fansub lokal yang mulai ramai di tahun 2012. Meskipun tidak legal, tapi karena kemudahan ini juga, banyak remaja muslim yang kemudian ikut menikmati konten-konten ini.
- Jemu dengan aktivitas keislaman.
Menjadi seorang muslim yang taat sejatinya cukup susah, sebab Islam memiliki banyak aturan yang orang biasa tidak lakukan. Menjalani aktivitas ibadah yang rutin terkadang membuat seseorang jemu. Hal ini pun menuntun mereka untuk kemudian mencari hiburan praktis yang dapat menghilangkan rasa bosan, yang mana hal itu adalah dengan menonton anime atau membaca manga. Apalagi di anime kita dapat menemui berbagai macam cerita yang normalnya tidak dapat ditemui di keseharian seorang muslim.
- Kedekatan budaya Timur
Anime dibuat di Jepang, yang mana unsur-unsur budaya timur berupa norma-norma kesopanan dan tata krama seringkali masih dapat kita temui di sana. Hal ini juga yang membuat seorang muslim dapat dengan mudah menerima konten-konten yang ada di anime maupun manga. Terlepas dari beberapa adegan ecchi yang sadar tidak sadar juga kita nikmati, anime Jepang menawarkan cerita yang cukup ‘dekat’ dengan kita, setidaknya tidak seperti saat kita menonton film-film Holywood yang terkesan lebih ‘bebas’.
Apakah Hal ini Diperbolehkan?

Wibu syariah adalah salah satu contoh fenomena globalisasi dimana kebudayaan luar dapat diterima oleh masyarakat lokal. Ada hal-hal yang dapat kita contoh, namun ada juga beberapa hal yang memang sulit untuk kita terima, sebagaimana di anime sendiri terkadang kita temui adegan-adegan vulgar yang jelas hal ini dilarang oleh agama (bahkan sebenarnya melihat rambut wanita pun sudah terhitung dosa menurut Islam). Memang sulit untuk mentaati semua aturan itu, tapi jika anda masih ingin menjadi seorang muslim, maka jangan kemudian menolak keberadaan aturan-aturan ini. Kalaupun kita sulit untuk mematuhinya, cukuplah kita katakan diri ini sebagai “muslim yang kurang taat”.
Alasan mengapa saya katakan “kurang taat” sebab jika kita mendefinisikan ulang istilah wibu syariah dengan arti “penikmat konten pop kultur Jepang yang sesuai dengan syariat Islam”, jelas hal ini salah besar. Terlalu banyak perkara yang ada di dunia anime yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sebut saja tashwir, musik, aurat, dan lain sebagainya. Terlepas dari perdebatan panjang yang mengiringi hukum-hukum tersebut, tentunya harus kita sadari bahwa kita tidak akan pernah bisa menjadi seorang muslim yang taat sepenuhnya jika kita masih berjibaku dengan konten-konten hiburan seperti ini.
Pada akhirnya, menjadi seorang wibu syariah (ataupun wibu seutuhnya) merupakan sebuah pilihan yang tidak dapat dipaksakan. Di dalam Islam sendiri, pertanggung jawaban amalan setiap orang adalah kepada Allah, sehingga pilihan akan jatuh kepada diri kita sendiri. Al Quran sendiri mengatakan bahwa “Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat…” (Al Baqarah: 256). Terlepas dari bagaimana tafsir ayat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa seorang manusia dapat memilih untuk menjadi taat sebagai muslim secara keseluruhan ataupun hanya taat untuk beberapa hal saja. Sisanya hanyalah bagaimana kemudian kita dapat bertanggung jawab atas pilihan kita itu.
KAORI Newsline | Oleh M Razif Dwi Kurniawan | Tulisan ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan editorial KAORI
KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca utk menulis opini tentang dunia anime & industri kreatif Indonesia. Opini ditulis 500-1000 kata dlm bhs Indonesia/Inggris & kirim ke [email protected]











sedikit menyentil tulisan nya, but overall ini keren.
tidak menampik kemungkinan bahwa wibu di indonesia juga ada yang taat menjalankan agamanya, tidak hanya agama islam saja (tetapi karena sudut pandang penulis dan saya sama2 berlatar belakang muslim, saya bisa memahami makna penulisan ini).
Walau begitu, wibu ya wibu. tidak masalah apakah agamamu, selama kamu masih mengidolakan Matsuura Kanan, kamu adalah seorang wibu. Adalah hak seorang pribadi untuk menjalankan agamanya, baik itu secara taat, telat atau tidak sama sekali.
Wibu syariah masih banyak gan.
Kalo bisa dibilang ane juga wibu syariah.
Ane juga mau ceritain pengalaman ane waktu ke ennichisai di blok M kmaren. Acaranya kebetulan barengan sma tabligh akbar ustadz khalid basalamah. Kebetulan waktu itu ane paginya ke ennichisai dulu, trus abis dhuhur smpe ashar ane ikut tabligh akbar. Abis ashar mulai banyak yg dari event pada ke masjid mau sholat ashar. Nah kebetulan waktu itu ane pas lagi duduk² di pinggir masjid ane duduk di sebelah orang paling umurnya kisaran SMA. Kalo dari bajunya sih dia ke kajian. Pke baju koko plus peci. Nah yg bikin ane kaget, pas dia ngeluarin HP, lockscreen HP dia klo gk salah waktu itu gambar yukinon, trus wallpaper hpnya gambar sinon. Trus pas temennya gk lama dateng yg ane dengerin dia dikit² bahas kajian tadi skalian bahas anime kyak one punch man, death note, sma sao juga.
Set dah, sama sejarahnya ni
ane jg pertama kepincut anime gara2 nonton SAO gan
Btw bisa nemu orang2 kaya agan2 di sini jd seneng jg ane
Jd tertarik jg soal wibu syariah, klo ada komunitas yg bgtuan wah pasti asik buat gabung.
Biar ada border, kan enak klo ada sodara yg bisa ngingetin
biar meskipun jd wibu tp ga kebablasan