Ribetnya melintasi berbagai operator
Tetapi jangan kira kita bisa hidup tenang setelah mengetahui fakta ini. Lengah sedikit dan terkejutlah saat tap out, ketika saldo di kartu kita berkurang lebih besar dari yang kita kira. Hal ini karena di Jepang, kereta api dioperasikan oleh banyak operator.
Sistem layanan terusan (直通運転, chokutsuu unten) memungkinkan kereta dari ujung pelosok bisa meneruskan perjalanannya ke pusat kota, bahkan terus menembus ujung pelosok kembali. Jalur-jalur Tokyo Metro banyak yang menerapkan sistem chokutsuu unten ini. Misalnya, jalur Tokyo Metro Fukutoshin, menyambungkan operator Minatomirai, Tokyu Corporation, Tokyo Metro, Tobu, dan Seibu. Tanpa perlu tap out keluar stasiun, kita bisa melintasi tiga wilayah dan hanya perlu berganti kereta satu kali. Agar lebih mudah, mari kita lihat contoh di bawah ini.

Bila kita berangkat dari stasiun Motomachi-Chuukagai di daerah Yokohama dan hendak bepergian ke stasiun Ogawamachi di Saitama, kita akan melewati empat operator dan masing-masing punya rumus tarif yang berbeda. Tetapi kita tidak perlu ribet membeli tiket masing-masing untuk naik kereta di lintas operator ini. Cukup isi kartu uang elektronik kita, Suica atau Pasmo, dan saat turun di Ogawamachi, kita akan merasa lega telah berhasil menyelesaikan perjalanan yang menantang ini (baik hati dan dompet).

Karena menghitung tarif seperti ini merupakan hal yang menjemukan dan rawan kesalahan, saat ini masyarakat Jepang telah memanfaatkan aplikasi ponsel untuk menghitung rute dan tarifnya. Misalnya, aplikasi Navitime yang ada di platform iOS dan Android. Cukup memasukkan nama stasiun awal dan akhir, seluruh informasi akan keluar dengan lengkap, termasuk peron naik/turun dan uang yang harus disiapkan. Bagi para gaijin (orang asing), Navitime juga tersedia dalam bahasa Inggris.
Menariknya, dengan Navitime kita bisa menentukan prioritas kita, apakah prioritas tercepat sampai tujuan, prioritas transit sesedikit mungkin, atau prioritas tarif semurah mungkin. Siapa yang tahu bahwa naik Tokyo Metro + Yurikamome (yang terkenal mahal tarifnya) ke Comiket jatuhnya lebih murah daripada naik JR + TWR Rinkai?
Ketepatan waktu nomor 1, harga dan kenyamanan nomor sekian
Bicara soal prioritas, kereta-kereta di Jepang sangat mengutamakan kecepatan dan ketepatan waktu, tetapi nomor sekian dalam segi kenyamanan bepergian.
Jalur Tokyo Metro Hibiya yang panjangnya hanya 21 km (64 km jika jalur Tobu Skytree ikut dimasukkan) bisa mengangkut 1,13 juta penumpang sehari pada tahun 2013. Bandingkan dengan KRL Jabodetabek yang baru 1 juta dengan jalur sepanjang 235 km. Berdiri tergencet di Jakarta tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan berjejal seperti ikan sarden di dalam kereta Tokyo Metro. Cepat, tapi jauh dari kata nyaman.
Tarif kereta di Jepang juga tergolong mahal bahkan bagi orang Jepang sendiri, lantas mengapa masih dipadati penumpang? Karena harga moda transportasi lain jauh lebih mahal dari tiket kereta api. Lagipula, kenapa harus terjun dalam ketidakpastian di jalan jika kereta api pasti berangkat dan tiba sesuai dengan jadwal?
Ada alternatif bagi yang berkantong (agak) tebal, yaitu kereta-kereta home liner. Kereta suburban ini menawarkan kenyamanan karena tidak perlu berdesakan, kejepit, dan tentu saja bisa membuat kita terlelap sejenak sebelum tiba di rumah. Home Liner dan tarif parkir di Jepang akan dibahas dalam sesi selanjutnya.
KAORI Newsline | oleh Kevin Wilyan










