Permaisuri Petralca Anne Erdant III, usia 16 tahun (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)

Daripada KonoSuba atau Re:Zero, Outbreak Company memiliki konsep isekai yang lebih mirip dengan serial Gate: Jietai Kanochi Nite, Kaku Tatakaeri. Dalam serial ini tidak hanya tokoh utama atau beberapa orang yang terlempar ke dunia lain, tetapi kedua dunia terhubung secara langsung. Bahkan sekelompok orang pun bisa pulang pergi antar dunia. Konflik yang ada biasanya berkaitan dengan usaha para karakter dan kelompoknya untuk menjalin hubungan yang harmonis antardunia. Tetapi jika GATE lebih sering berkutat dibidang militer dan politik, Outbreak Company lebih sering berkutat dibidang budaya.

Nantinya di Erdant, Shinichi akan membangun sekolah untuk mengajarkan pada rakyat Erdant apa sebenarnya budaya otaku itu. Tentu saja, hal tersebut tak semudah kedengarannya. Meski rakyat Erdant menunjukkan ketertarikan pada budaya otaku, tetap saja ada masalah-masalah yang menghadang. Salah satunya adalah masih eksisnya sistem kasta dalam Erdant, di mana warga elit diizinkan untuk berlaku semena-mena pada warga kalangan bawah. Lalu juga ada kelompok rakyat yang tidak menyukai aktivitas AmuTec dan berusaha menyabotase sekolah Shinichi. Belum lagi masalah rasial yang meliputi Erdant, seperti pertikaian antara kaum elf dan dwarf. Shinichi dan kawan-kawan harus berusaha untuk menyelesaikan segala masalah tersebut dan tentu saja terus menyebarkan budaya otaku di tanah Erdant.

Situasi ecchi biasanya diiringi dengan musik latar yang nyentrik (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)

Serial ini memiliki kualitas visual dan audio yang cukup bagus. Gaya animasi dan desain karakternya yang diadaptasi dari ilustrasi karya Yuugen (juga menjadi ilustrator dari video game Bravely Default dan Sophie no Atelier: Fushigi na Hon no Renkinjutsushi) kelihatan cukup unik sehingga dari segi visual serial ini memiliki identitas yang cukup kuat. Musik yang mewarnai serial ini memang tidak kedengaran spesial, meski ada satu musik latar belakang yang pastinya bisa menarik perhatian penonton. Musik ini biasanya terdengar ketika Shinichi berada dalam suatu situasi yang berbau ecchi, mendengarnya saja sudah bisa memancing tawa para penonton. Lagu pembuka dari serial ini berjudul Univer Page dinyanyikan oleh Mimori Suzuko dan lagu penutupnya berjudul Watashi no Housekibako dinyanyikan oleh Mai Fuchigami.

Shinichi dan Petralca, mempertanyakan arti hidup seorang hikkikomori (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)

Namun dari segi cerita atau plot, Outbreak Company terasa kurang fokus. Serial ini memiliki latar belakang permasalahan yang unik, yaitu penyebaran budaya otaku di sebuah dunia lain dan segala masalah yang mengitarinya. Akan tetapi Outbreak Company tidak dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki latar belakang tersebut. Banyak episode yang lebih berfokus pada keseharian Shinichi di Erdant. Biasanya episode-episode ini memiliki konflik yang kurang dalam, atau bahkan tidak memiliki konflik sama sekali. Sebaliknya, yang mendominasi adalah adegan-adegan komedi dan terkadang ecchi. Hal ini tentunya bukanlah sebuah masalah yang besar, karena gadis-gadis di Outbreak Company sangatlah cantik, imut, dan memiliki kepribadian yang menyenangkan.

Tetapi di beberapa episode Outbreak Company berhasil menyajikan kisah-kisah dengan konflik yang cukup menggugah. Serial ini dapat memperlihatkan konflik yang memiliki tema-tema yang menarik seperti rasisme, perbedaan kasta, hingga perbedaan cara pandang dalam kehidupan. Bahkan Shinichi pernah mempertanyakan dirinya, apakah ia sebenarnya berusaha menjajah Erdant dengan budaya otaku? Kuranganya Outbreak Company dalam menjelajahi potensi tersebut memang sangatlah disayangkan.

“Seleraku lebih berkelas daripada seleramu!” – Gadis Elf kepada Pria Dwarf (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)

Akan tetapi Anda masih disarankan untuk mencoba menonton serial ini, karena Outbreak Company menyajikan sebuah kisah isekai yang cukup unik. Shinichi bukanlah seorang petarung fisik, akan tetapi ia cukup cerdas dan tajam. Melihat bagaimana Shinichi menggunakan otaknya (atau lebih tepatnya pengetahuannya yang berhubungan dengan budaya otaku) untuk menyelesaikan permasalahan di Erdant sangatlah menghibur. Lalu serial ini juga diwarnai banyak parodi-parodi anime, manga, novel ringan dan video game. Melihat parodi-parodi tersebut dan menebak hal apa yang mereka parodikan juga menjadi hiburan yang disajikan oleh serial ini. Konsep di mana budaya otaku-lah yang menghubungkan dunia kita dengan sebuah dunia fantasi memang cukup unik. Tidak sering sebuah anime menyajikan debat pihak fujoshi dari bangsa elf dengan pihak lolicon dari bangsa dwarf, manakah dari kegemaran mereka yang lebih berkualitas.

Sebagai penutup, berikut ini adalah beberapa parodi anime, manga, novel ringan dan video game yang ada di serial Outbreak Company:

Inazuma Eleven? (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)
Nyarlko dan Hatsune Miku? (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)
Chinmi? (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)
Yosuga no Sora? (©Ichiro Sakaki · Kodansha/OBC Production Committee)

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses