Saya terkejut ketika tahun lalu mendengar kabar bahwa Ultraman Blazar the Movie: Tokyo Kaiju Showdown akan tayang di bioskop lokal di Indonesia melalui fan screening, lengkap dengan kehadiran pemeran di serinya sebagai bintang tamu. Namun saya mengira hal tersebut hanyalah acara yang akan terjadi sekali saja. Bagaimanapun juga, acara seperti itu amatlah langka, terutama di luar Jepang.

Tetapi baru-baru ini saya kembali dikejutkan oleh berita bahwa untuk kedua kalinya dalam dua tahun berturut-turut, fan screening kembali diadakan untuk film Ultraman terbaru, kali ini Ultraman Arc the Movie: The Clash Of Light and Evil. Nampaknya jelas pesan yang ingin disampaikan Tsuburaya Productions sebagai pembuat seri Ultraman: seri ini akan terus mendunia melampaui ultahnya yang ke-60. Akun Tsuburaya Global kian giat membagikan berita tentang acara-acara Ultraman yang diadakan di seluruh dunia, mulai dari Amerika Serikat, Brazil, Malaysia, Indonesia, dan negara-negara lainnya. Sebelumnya, saya sudah pernah menulis tentang bagaimana saat ini kita berada dalam “era keemasan” terkait aksesibilitas untuk menonton dan menikmati seri Ultraman pada ulasan untuk film Ultraman Blazar yang tayang tahun lalu. Melihat segala perkembangan yang terjadi, saya cukup bahagia dan optimis melihat tingginya kemungkinan para fans akan dapat kembali menonton film Ultraman di bioskop lokal tahun depan. Tidak ada waktu yang lebih baik lagi untuk menjadi fans Ultraman ketimbang saat ini.

© TSUBURAYA PRODUCTION © ULTRAMAN ARC FILM PARTNERS

Sinopsis

Tidak seperti film Ultraman Blazar yang mengambil setting setelah serialnya selesai, cerita The Clash of Light and Evil terjadi antara episode 21 dan 22 dari serial Ultraman Arc. Yuma Hize (diperankan oleh Yuki Totsuka) menerima tamu misterius ketika sedang bersiap untuk pesta di markas organisasi peneliti kaiju SKIP cabang kota Hoshimoto. Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Sascal (diperankan oleh Naoto Takenaka, dengan watak dan perawakan yang mungkin akan menimbulkan perasaan déjà vu bagi fans seri Kamen Rider Ghost). Ia memberi Yuma tiga ujian yang harus dilewati untuk membuktikan bahwa ia adalah pahlawan sejati. Jika Yuma gagal, ia akan kehilangan kekuatan untuk berubah menjadi Ultraman Arc. Yuma menerima tantangan tersebut, dan dihadapkan pada tiga permasalahan dan kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.

Ulasan

Biasanya, film layar lebar Ultraman memiliki cerita yang linear. Namun, The Clash of Light and Evil cukup berbeda dalam strukturnya sebagai kumpulan tiga cerita pendek yang saling bersambung, serupa dengan film tokusatsu seperti seri Movie War dari serial Kamen Rider, atau film layar lebar Satria Garuda Bima-X, Satria Heroes: Revenge of Darkness. Sutradara Takanori Tsujimoto sempat menyebutkan kalau ia menganggap cerita serial Ultraman Arc sudah selesai dengan memuaskan, dan tidak perlu penambahan lanjutan. Sehingga, pendekatan yang digunakan untuk film ini adalah dengan membuat cerita baru yang mengambil waktu di antara episode yang sudah ada. Hasilnya adalah cerita yang sedikit serupa dengan A Christmas Carol, jika yang datang untuk memberi ujian adalah kaiju, alih-alih hantu. Walau tidak salah untuk menyebut film ini sebagai “hanya” gabungan tiga episode baru Ultraman Arc, namun label tersebut bukanlah hal buruk, apalagi bagi mereka yang mengetahui betapa menyenangkannya menonton tiap episode serial Ultraman Arc.

Sungguh, film ini akan sangat dapat dinikmati bagi para fans serialnya. Satu aspek yang bagi saya menjadi salah satu hal terbaik dari serial Ultraman Arc adalah segala sinematografi imajinatif yang ditampilkan, serta penggunaan kekuatan Ultraman Arc secara kreatif pada serinya. Film ini pun menampilkan hal-hal tersebut dan juga berbagai kejutan lainnya, dengan adegan-adegan menarik yang tidak pernah ada pada film layar lebar Ultraman sebelumnya. Film diakhiri dengan kompilasi adegan dari tiap episode serinya, dan sebagai seseorang yang sudah menonton serinya secara penuh, film ini terasa sebagai penutup yang sangat pas untuk Ultraman Arc, namun juga membuat saya dapat semakin mengapresiasi berbagai aspek seri tersebut mulai dari karakter, aktor, hingga kru produksinya. Seri terbaru Ultraman yaitu Ultraman Omega memang baru saja mulai tayang, namun film ini membuat saya ingin kembali menonton Ultraman Arc.

Kesimpulan

Sama halnya setelah menonton film Ultraman Blazar, saya semakin yakin bahwa menonton film Ultraman di layar lebar adalah pengalaman yang harus dicoba. Sensasi menonton aksi pahlawan berukuran raksasa yang didapatkan amatlah beda ketimbang dengan menonton Ultraman di layar TV maupun layar laptop. Rasanya Ultraman memang dibuat untuk ditonton di layar sebesar mungkin. Dan, apalagi di bioskop yang penuh dengan fans dari segala umur dan kalangan yang semuanya menyoraki Ultraman, keseruan yang saya dapatkan bukan hanya sebatas imajinasi, tetapi nyata.

Ultraman Arc the Movie: The Clash of Light and Evil tayang di bioskop Indonesia mulai 25 Juli 2025.

KAORI Newsline | Oleh Caesar Esaputra Sutrisna

Belum pernah nonton Ultraman di bioskop? Film Ultraman Arc adalah kesempatan menonton pahlawan raksasa di layar lebar yang patut dicoba!

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses