Konser bertajuk Full House milik grup idol JKT48 yang digelar pada Sabtu, 26 Juli 2025, di Istora Senayan menyisakan kejutan besar. Untuk pertama kalinya dalam sejarah grup idol tersebut, konser besar tersebut berakhir tanpa penampilan encore, momen yang biasanya menjadi puncak emosional antara para fans dan idolanya. Fenomena ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar dan warganet.
Protes Diam dari Para Fans
Ternyata, absennya encore bukan karena kendala teknis, melainkan aksi diam yang disengaja. Dua kelompok fanbase besar, Alliance Regional dan ONE Alliance 48, telah merilis pernyataan sikap sejak 18 Juli 2025. Mereka memutuskan untuk tidak meneriakkan encore sebagai bentuk kritik terhadap manajemen JKT48. Aksi ini mencerminkan ketidakpuasan atas keputusan manajemen yang dianggap mengabaikan masukan dari komunitas penggemar.
Masalah Internal yang Belum Terselesaikan
Salah satu isu yang memicu ketegangan adalah belum jelasnya kelanjutan investigasi kasus kontroversial yang melibatkan General Manager nonaktif JKT48, Fritz Fernandez. Para fans merasa suara mereka tidak didengar, dan keheningan dianggap sebagai simbol protes paling kuat. Dengan tidak menyerukan encore, para penggemar berharap bisa menyampaikan pesan penting tentang peran mereka dalam keberlangsungan JKT48.
Pertunjukan Tetap Meriah, Tapi Penuh Makna
Meski begitu, penampilan para member JKT48 tetap memukau dari awal hingga akhir. Lagu terakhir, Green Flash, ditutup dengan para anggota meninggalkan panggung, diikuti keheningan total dari penonton. Tidak ada teriakan “Encore” atau nyanyian lanjutan. Atmosfer tersebut menghadirkan perasaan campur aduk—antara kekaguman, kekecewaan, dan harapan untuk perubahan.
Catatan Baru dalam Perjalanan JKT48
Konser Full House bukan sekadar pertunjukan megah, tetapi juga menjadi catatan penting dalam perjalanan JKT48. Keheningan malam itu menandai momen di mana suara penggemar diungkapkan tanpa teriakan, namun tetap bergema kuat dalam sejarah grup ini.
KAORI Newsline | Sumber











