Sejumlah penerbit besar Jepang, yang terdiri dari Akita Shoten, Ichijinsha, Ohzora Publishing Co., Kadokawa, Coamix, Kodansha, Shogakukan, Shonengahosha, Shinchosha, Square Enix, Takeshobo, TO Books, Nihon Bungeisha, Hakusensha, Futabasha, Houbunsha, LEED Publishing, dan Nihon Mangaka Kyokai (Japan Cartoonists Association) mengeluarkan pernyataan bersama mengenai dampak teknologi kecerdasan buatan terhadap dunia kreatif. Pernyataan ini menyoroti pelanggaran hak cipta yang marak terjadi sejak peluncuran sistem AI baru bernama Sora2dari OpenAI pada Oktober 2025. Mereka menilai penyalahgunaan karya kreatif tanpa izin pemilik hak cipta telah menjadi masalah yang serius
AI Dianggap Langgar Prinsip Hak Cipta
Dalam pernyataan tersebut, para penerbit menyebut sistem Sora2 memungkinkan gambar dan video yang dihasilkan AI tetap beredar tanpa izin pencipta aslinya, kecuali mereka secara aktif mengajukan opt-out. Hal ini dianggap melanggar prinsip dasar hukum hak cipta Jepang serta perjanjian internasional WIPO yang diikuti 194 negara. Mereka mendesak agar setiap pengembang AI menerapkan sistem opt-in, di mana izin eksplisit dari pemilik karya diperlukan sebelum data digunakan. Transparansi data dan penghargaan terhadap hak cipta menjadi hal yang sangat ditekankan oleh komunitas kreatif Jepang, yang selama ini menjadi tulang punggung kehidupan di Jepang yang kaya budaya.
Ajakan untuk Etika dan Kolaborasi dalam Era AI
Para penerbit menegaskan bahwa mereka tidak menolak kemajuan teknologi, melainkan menuntut agar AI digunakan secara bertanggung jawab. Menurut mereka, kreativitas manusia dan teknologi seharusnya berjalan beriringan, bukan saling merugikan.
Mereka juga mengajak pemerintah, pengembang AI, dan pemilik hak cipta untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang adil dan transparan. Langkah ini dianggap penting demi menjaga keberlanjutan industri kreatif dan menegakkan etika dalam kehidupan di Jepang yang kini semakin terhubung dengan dunia digital.
Menjaga Kreativitas di Tengah Arus Teknologi
Dalam penutup pernyataannya, para penerbit berkomitmen untuk terus melindungi para kreator dari praktik yang merugikan. Mereka menyebut tindakan hukum dan etika akan tetap dijalankan bila terjadi pelanggaran hak cipta. Bagi mereka, AI bukan musuh, tetapi alat yang harus digunakan dengan bijak agar nilai dan martabat para pencipta tetap dihormati.
KAORI Newsline | Sumber





