Acara festival komik Shikisai 2025 di M Bloc Space, Jakarta telah sukses terselenggara pada 5-7 Desember 2025 lalu. Acara tersebut merupakan acara festival komik dari Gramedia yang menghadirkan konten kultur pop Jepang hingga komik orisinal Indonesia. Acara ini merupakan acara yang ketiga yang sejak tahun 2023.

Di sini, saya berkesempatan untuk khilaf salah satu komik yang tersedia di sana, salah satunya adalah Love Culinary buatan Ai.Griva. Komik ini merupakan versi fisik dan “manga” dari webtoon dengan judul yang sama. Kini komik ini dibanderol dengan harga 80 ribu rupiah pada saat penjualannya di Shikisai dan Comipara 5 berdasarkan media sosialnya. Dengan ketebalan 118 halaman dan warna monokrom, simak ulasan komik Love Culinary Volume 1.

Sinopsis

Yugo adalah seorang pemuda SMA yang hampir menyerah dengan hobi memasak. Tetapi ia kembali menemukan semangat memasaknya karena Nina yang mengagumi kemampuan memasaknya. Bagaimana cara Yugo agar masakannya bisa diakui oleh orang-orang?

Penceritaan Komik Love Culinary – Pencarian Sebuah jawaban

© Ai.Griva

Cerita Love Culinary dimulai dengan tereleminasikannya sang karakter utama, Yugo, dalam perlombaan Mastercook. Sayangnya prolog utama hanya difokuskan pada momen dramatisasi bahwasannya dia tidak lolos babak selanjutnya dari perlombaan tersebut. Jujur prolog ini rasanya aneh karena anak sekolahan sudah masuk perlombaan seperti itu? Rasanya latar ini perlu dikembangkan lagi mengapa dan bagaimana Yugo mampu masuk dan bertahan sejauh itu. Tapi di volume ini rasanya perlombaan tersebut seperti perasa tambahan dan suatu “bukti” bahwa ini komik mengenai masak-masak.

Setelah kekalahan tersebut entah mengapa cerita langsung berubah 180 derajat menjadi romansa agar Yugo dapat mendekati perempuan yang mengagumi dirinya. Transisi cerita ini agak aneh bagi saya karena transisinya terasa seperti dipaksa. Saya malah berharap Yugo dapat mengembangkan bakatnya atau bahkan mencoba untuk berlatih lagi. Namun fokusnya kini malah bagaimana masakannya dapat membuat perempuan tersebut senang. Dan inilah yang saya malah kurang suka karena hampir sebagian chapter dari volume ini malah membahas dilema dan kegalauan Yugo terhadap perempuan itu.

Mungkin saya bukan orang yang pas untuk membahas romansa. Tapi melihat perkembangan cerita dan akhir cerita volume pertama ini, rasanya komik ini masih terlalu binggung apakah harus membawa cerita romansa? slice of life? atau bahkan masakan? Semua ditunjukkan tapi tidak ada poin yang menonjol yang membuat cerita dalam volume pertama ini menarik.

Penggambaran Komik Love Culinary – Kesan Makanan yang Kurang

© Ai.Griva

Melanjutkan keluhan saya mengenai cerita yang masih dangkal, begitu pula untuk visualisasi makanannya. Entah mungkin karena saya terlalu dimanjakan oleh komik masak-masakan dari Jepang seperti komik Juru Masak Para Maiko. Tapi poin masakan di sini masih kurang menggoda selera, baik dari prosesnya maupun hasil akhirnya. Kerapkali makanannya langsung disajikan langsung jadi, jikalau ada prosesnya, prosesnya terasa sederhana sekali sehingga tidak begitu menggoda bagi saya pribadi. Membahas penggambaran komik ini, banyak sekali momen di mana terasa polos atau hampa. Fokus penggambarannya memang terpaku pada ekspresi setiap karakter. Namun sayangnya latar dari komik ini terlalu sering menggunakan aset 3D. Lagi-lagi bukan berarti saya benci 3D, melainkan penempatan dan betapa polosnya aset 3D ini yang membuat rasa penggambarannya hambar.

Kesimpulan

© Ai.Griva

Jujur saja, saya baru pertama kali mendengar judul ini ketika menemukan komik ini di Shikisai. Saya bahkan baru tahu kalau komik ini pernah diterbitkan di webtoon. Dapat dibilang banyak perasaan campur aduk saya ketika membaca komiknya. Di satu sisi saya merasa senang akhirnya saya menemukan komik mengenai kuliner lokal bergaya “manga”, namun di sisi lain, banyak eksekusi komik ini yang terasa dangkal sehingga saya tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan membacanya. Andaikata jika komik ini hanya terfokus pada satu topik dulu, misalnya mengenai bagaimana dia dapat bangkit lagi dari lomba Mastercook tanpa memasukkan unsur romansa, rasanya itu saja setidaknya cukup untuk memberikan fokus cerita yang baik. Lalu romansanya dapat dilanjutkan pada volume selanjutnya. Tapi sayangnya tidak, volume pertama ini lebih terasa seperti romansa ringan, dan alurnya tidak terlalu fokus ingin mendalami romansa ini. Begitupula pada penggambarannya yang terasa polos. Karakternya ekspresif dan terasa asik untuk melihat mereka semua berekspresi, tapi sayangnya objek 3D dan latar polos malah membuat komik ini terasa sepi. Jikalau makanannya terasa nikmat atau prosesnya menggoda, mungkin itu sudah cukup untuk memuaskan saya, setidaknya untuk serius membaca komik ini hingga akhir.

Terlepas dari itu semua, dengan harga 80 ribu rupiah, setidaknya komik ini cocok untuk dikoleksi. Pasalnya dengan harga tersebut kalian sudah dapat komik dengan halaman yang banyak dan cerita yang oke. Namun bila kalian awalnya tertarik karena premis masakannya atau mungkin cerita anak SMA, sayangnya kalian perlu menurunkan ekspektasi tersebut. Namun bila kalian masih penasaran, setidaknya kalian dapat membaca komik ini di webtoon secara gratis pada saat ditulisnya artikel ini.

KAORI Newsline | Oleh Cakra Bhirawa

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses