Moe (Kyōryū Wakusei, 1993), Moe Takatsu (Taiyō ni Smash!, 1993), Tomoe Hotaru (Sailor Moon, 1994)
“Anime seperti Lucky Star adalah moe bagi pemula karena mengajarkan penonton cara membaca aspek imut dari desain karakter” –Hikaru Higashimura
Ilustrasi Madarame yang digambar oleh Kōta Hirano yang dimuat di Genshiken vol. 6

Ketika suatu kata slang telah lazim digunakan, banyak orang mengasumsikan artinya sudah seragam. Padahal, seringkali ada keragaman dalam memaknainya, tidak terkecuali dengan ungkapan moe. Istilah yang sangat populer di kalangan penggemar anime dan manga ini sering digunakan begitu saja. Namun, banyak yang terkejut ketika menemukan orang lain memaknainya dengan cara yang berbeda. Terdapat dua alur besar dalam penggunaan istilah ini. Alur pertama mengidentikkan “moe” dengan estetika “kawaii”, khususnya pada desain karakter gadis imut (bishōjo). Sementara alur kedua lebih bersifat interpretif, yaitu sebagai ungkapan afeksi atau reaksi emosional yang intens.
Asal-Usul Ungkapan Moe dari Percakapan Internet
Berbagai penjelasan menyatakan bahwa penggunaan ungkapan moe bermula dari percakapan di message board internet sekitar tahun 90-an. Para penggemar mengungkapkan rasa suka yang menggebu-gebu pada karakter tertentu dengan mengetik moe. Kata ini berasal dari salah ketik kata kerja 燃える (terbakar), yang berubah menjadi 萌える (menguncup) karena sistem komputer. Menariknya, contoh karakter awal yang populer dibicarakan saat itu, seperti Tomoe Hotaru dari Sailor Moon, berasal dari tontonan untuk anak-anak dan perempuan.
Baca juga: Sambut Event Kolaborasi Soul Strike dengan Anime Populer Sersan Keroro
Karena karakter-karakter awal yang dibicarakan cenderung imut, tidak mengherankan jika “moe” kemudian menjadi identik dengan estetika kawaii dan desain karakter bishōjo. Persepsi ini semakin diperkuat oleh drama televisi populer Densha Otoko (2005). Drama tersebut menggambarkan para otaku mengucapkan “moe” saat membahas karakter gadis imut. Akibatnya, “moe” dilihat sebagai sesuatu yang “menjual”. Hal ini mendorong tren pembuatan karakter dengan “gaya moe” dan munculnya istilah “moefikasi” (personifikasi benda menjadi gadis imut).
Baca juga: Selera Nusantara Ajak Gamers Kulineran di Bandung Lewat Chapter Siomay dan Mie Kocok
Namun, banyak juga yang memahami “moe” sebagai ungkapan afeksi yang tidak terbatas pada tampilan imut. Selama ada rasa sayang yang kuat terhadap suatu karakter, maka itulah “moe”. Komikus Kōta Hirano (Hellsing) pernah menyebut karakter laki-laki yang tidak tampan, Harunobu Madarame dari Genshiken, sebagai karakter paling “moe”. Contoh lainnya adalah kalangan fujoshi (penggemar boys love) yang menggunakan istilah ini untuk mengungkapkan afeksi kepada pasangan karakter laki-laki.
Menghormati Keragaman Perasaan
Pelebaran makna ini menjadi mungkin karena afeksi adalah emosi yang luas. Menurut Mitsuru Sōda, kuncinya ada pada bagaimana bentuk “interaksi” seseorang dengan suatu hal. Pengalaman personal inilah yang menimbulkan rasa sayang. Pendekatan interpretif ini membuka potensi yang lebih beragam untuk memahami “moe”. Tidak ada yang lebih benar atau salah. Semuanya kembali kepada apa yang dirasakan masing-masing, dan hal terpenting adalah bagaimana kita bisa saling menghormati perasaan tersebut.
Catatan
*) Morikawa menganggap penggambaran otaku di Densha Otoko sebagai olok-olok terhadap penggemar anime/manga/game, karena sebelumnya moe hanyalah slang yang digunakan dalam percakapan internet, tidak diucapkan secara lisan sebagaimana digambarkan dalam Densha Otoko.
Referensi
- Patrick Galbraith, The Moe Manifesto: An Insider’s Look at the Worlds of Manga, Anime, and Gaming (Tuttle Publishing, 2014).
- Patrick Galbraith, “Fujoshi: Fantasy Play and Transgressive Intimacy among “Rotten Girls” in Contemporary Japan”, dalam jurnal Signs, Vol. 37, No. 1 (2011), halaman 211-232.
- Shimoku Kio, Genshiken: The Society for the Study of Modern Visual Culture, Vol. 6 (Kodansha, 2005).
KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad
Sumber gambar: Crunchyroll, Genshiken, dan berbagai sumber















contoh ketika ada pertarungan sengit di fairy tail antara natsu melawan laxus, saya anggap pertarungan tsb ‘moe’, bisakah seperti itu??? atau ngga event mengharukan yg terjadi di golden kamuy saya anggap moe, bisakah??