Tsutomu Miyazaki, terpidana mati kasus pembunuhan berantai anak tahun 1989 yang secara drastis mengubah citra publik terhadap komunitas otaku di Jepang, akhirnya dieksekusi pada hari Selasa, 17 Juni 2025. Menteri Hukum Jepang, Kunio Hatoyama, mengumumkan secara langsung pelaksanaan eksekusi tersebut dalam sebuah konferensi pers singkat yang digelar segera setelah eksekusi dilangsungkan. Kasus Miyazaki menjadi sangat terkenal karena reputasinya sebagai seorang “otaku”, yang tanpa disengaja turut mempopulerkan istilah tersebut dalam konteks negatif setelah tahun 1989.
Penangkapan yang Mengungkap Sisi Gelap Tsutomu Miyazaki
Kisah kejahatan Miyazaki mulai terungkap saat pihak berwenang menangkapnya pada 23 Juli 1989. Penangkapan tersebut terjadi setelah ia melakukan penganiayaan terhadap seorang anak perempuan berusia 6 tahun saat mencoba mengambil fotonya di dekat rumah korban di kota Hachiko, sebuah wilayah yang tidak jauh dari Tokyo. Penangkapan ini memicu penggeledahan di kediaman Miyazaki, di mana polisi menemukan temuan yang sangat mengejutkan.
Baca juga: Para Pemain Kamen Rider Kuuga Kembali Reuni Setelah 25 Tahun
Hasil penggeledahan di rumah Miyazaki mengungkap koleksi yang mengerikan, yaitu sebanyak 5.763 rekaman video. Koleksi tersebut berisi berbagai macam materi, mulai dari film porno, film dengan aksi kekerasan, hingga kaset-kaset anime. Yang lebih mengerikan, polisi juga menemukan bukti-bukti kuat yang mengarah pada keterlibatan Miyazaki dalam pembunuhan empat anak perempuan lainnya. Rentetan pembunuhan keji tersebut ia lakukan dalam periode antara tahun 1988 hingga 1989.
Baca juga: Nogizaka46 Umumkan Single Baru Same numbers
Setelah penangkapannya, Tsutomu Miyazaki menjalani proses hukum yang sangat panjang. Persidangannya berlangsung dari tahun 1990 hingga 1997, yang pada akhirnya ditutup dengan vonis hukuman mati oleh pengadilan negeri setempat. Tim kuasa hukum Miyazaki sempat mengajukan banding, namun Pengadilan Tinggi Tokyo tetap menguatkan putusan tersebut pada tahun 2001. Upaya hukum terakhir pun kandas setelah Mahkamah Agung Jepang kembali memperkuat putusan mati pada tahun 2006.
Warisan Kelam: Citra Otaku yang Tercoreng
Kasus Tsutomu Miyazaki meninggalkan dampak budaya yang mendalam dan berkepanjangan di Jepang. Sejak kejahatannya yang brutal terungkap dan diekspos secara luas oleh media, citra kalangan otaku menjadi identik dengan sikap anti sosial dan berbahaya. Stereotip negatif ini sayangnya masih terus dianut oleh sebagian masyarakat di Jepang hingga saat ini. Menjadi warisan kelam dari salah satu kasus kriminal paling menggemparkan di negara tersebut.





