The Velvet House di Prefektur Hyogo, Jepang kini jadi sorotan sebagai tempat yang ramah dan inklusif. Dengan slogan “a queer feminist cafe for all”, kafe ini menyambut semua orang, termasuk kaum LGBTQ, untuk berkumpul, bersantai, dan berbagi cerita. Berlokasi di distrik Obana 1-chome, hanya beberapa menit dari Stasiun Hankyu Kawanishi-Noseguchi, kafe ini menawarkan suasana nyaman jauh dari diskriminasi.

© Momoe Harano
Filosofi Tanpa Kekerasan dan Pelecehan
Begitu memasuki The Velvet House, pengunjung akan disambut pesan tegas di pintu: “No violence or harassment is allowed here.” Ruang dua lantai ini memiliki empat kursi counter di lantai bawah dan area santai di lantai atas lengkap dengan meja rendah serta rak buku bertema feminisme dan queer studies. Pemiliknya, Yoriko Kukita, ingin menciptakan masyarakat di Kawanishi di mana orang dapat berdiskusi dengan saling menghormati.
Dari Dunia Fashion ke Dunia Kuliner
Kukita, yang lahir di Fukuoka dan pernah tinggal di Bangladesh serta Amerika Serikat, awalnya menekuni desain fashion di Parsons School of Design, New York. Namun, ketertarikannya beralih ke kuliner setelah menyadari bahwa makanan bisa menjadi medium untuk menjalin hubungan dengan berbagai latar belakang. Pengalamannya bekerja di restoran membuatnya jatuh cinta pada dunia ini, hingga akhirnya ia membuka The Velvet House pada April 2023 di sebelah restoran milik suaminya.

© Momoe Harano
Menjadi Simbol Inklusivitas di Jepang
Kukita yang mengidentifikasi diri sebagai nonbiner dan panseksual, terinspirasi membuka The Velvet House dari pengalaman pribadinya, termasuk refleksi tentang peran gender setelah kelahiran putrinya. Meski hanya buka setiap Jumat dan Sabtu, kafe ini sudah menarik pengunjung dari berbagai daerah seperti Osaka, Tokyo, hingga Nagoya. Popularitasnya membuktikan bahwa ruang aman seperti The Velvet House masih sangat dibutuhkan di kehidupan sosial Jepang.
KAORI Newsline | Sumber





