Industri game gacha di Jepang tengah menghadapi masa sulit. Beberapa pengembang bahkan menyebutnya seperti “Titanic yang mulai tenggelam”. Hal ini muncul setelah Square Enix mengumumkan penutupan dua judul besar mereka, Final Fantasy: Brave Exvius dan Dragon Quest of the Stars. Pasar yang terlalu jenuh ditambah biaya produksi yang semakin tinggi membuat banyak pengembang merasa masa depan game gacha domestik semakin suram.
Pandangan Para Pelaku Industri
Seorang pengembang bernama Suemaru menyebut bahwa bertahan di industri game gacha ibarat berjuang memperebutkan kursi yang terbatas di kapal karam. Menurutnya, meski tidak semua akan tenggelam, jumlah “kursi aman” bagi pengembang semakin sedikit. Bahkan, mereka yang bertahun-tahun bekerja di bidang ini kesulitan beralih ke konsol karena keterampilan yang tidak selalu sesuai kebutuhan.
Dampak bagi Karier Developer
Banyak pengembang game gacha di Jepang terjebak dalam posisi sulit. Para perencana game khususnya, memiliki keterampilan yang tidak mudah dialihkan ke industri lain, berbeda dengan seniman atau programmer. Hal ini membuat mereka sulit keluar dari lingkaran mobile gaming meskipun industrinya sedang menurun.
Persaingan dan Biaya Produksi
Menurut data Japan Online Game Association, nilai pasar game online domestik pada 2024 turun menjadi sekitar 1,1 triliun yen, menurun dari tahun sebelumnya. Sementara itu, biaya rata-rata untuk mengembangkan satu judul game gacha melonjak hingga 3,3 juta dolar, hampir lima kali lipat lebih tinggi dibanding satu dekade lalu. Kondisi ini semakin diperparah dengan masuknya kompetisi ketat dari perusahaan-perusahaan besar asal Tiongkok dan Korea Selatan.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Meski masih ada judul populer seperti Fate/Grand Order atau Monster Strike, tren menunjukkan bahwa industri game gacha Jepang sedang berada di titik kritis. Jika tidak ada inovasi besar atau strategi baru, banyak pihak menilai pasar ini akan terus kehilangan momentumnya. Bagi para pengembang, bertahan di industri ini mungkin tak lagi semanis dulu.
KAORI Newsline | Sumber





