Kehidupan di Jepang kembali jadi perbincangan hangat setelah sebuah acara bernuansa “perfilman” digelar di Taman Nakano Central, tepat di depan Stasiun JR Nakano, Tokyo, pada awal Agustus 2025 lalu. Acara yang diberi nama Pink Bon Odori itu bahkan sempat disponsori oleh pemerintah daerah Nakano ward. Namun, karena melibatkan kendaraan khusus milik perusahaan “perfilman”, acara ini memicu kontroversi besar.

Permintaan Maaf dari Walikota
Dalam konferensi pers pada 8 September 2025, Walikota Naoto Sakai menyampaikan permintaan maaf resmi. Ia menegaskan bahwa acara tersebut tidak pantas digelar di ruang publik yang sering dikunjungi anak-anak. Sakai juga menjelaskan bahwa konten berbau “tiada senonoh” tersebut tidak tercantum dalam dokumen pengajuan sponsor, sehingga pemerintah daerah tidak menyadari sifat asli acaranya sejak awal.
Latar Belakang Acara Pink Bon Odori
Acara Pink Bon Odori sebetulnya merupakan pra-acara dari festival tahunan Nakano Station Bon Odori yang dihadiri lebih dari 90 ribu orang. Kata “pink” dalam kehidupan di Jepang kerap menjadi istilah tersirat untuk hal-hal berbau seks, termasuk film erotis. Pada acara itu, kendaraan syuting milik perusahaan “perfilman” Soft on Demand (SOD) ditampilkan, dan sejumlah bintang film dewasa ikut menari dengan musik yang disebut mengandung lirik sensual.
Kritik dan Reaksi Publik
Begitu kabar ini mencuat, publik memberikan respons keras. Pemerintah daerah bahkan langsung melayangkan protes kepada panitia festival, menyebut acara itu melanggar ketertiban umum dan norma masyarakat. Foto kepala panitia festival yang berpose di dalam mobil “magic mirror” milik perusahaan “perfilman” tersebut juga menambah kemarahan warga setelah tersebar di media sosial.

Implikasi Bagi Kehidupan di Jepang
Kasus ini menyoroti sisi lain dari kehidupan di Jepang, khususnya soal batas antara hiburan dan moralitas publik. Meski Jepang dikenal memiliki industri “perfilman” yang besar, penyelenggaraan acara semacam ini di ruang publik jelas dianggap melewati batas. Walikota Sakai pun menegaskan bahwa kejadian serupa tidak boleh terulang kembali di masa depan.
KAORI Newsline | Sumber





