Industri “Perfilman” Jepang Kini Disebut-Sebut Suka Main Aman

0
"perfilman" jepang

Dalam beberapa tahun terakhir, industri “perfilman” Jepang disebut makin berhati-hati dalam setiap langkahnya. Produser besar lebih memilih menghindari risiko yang bisa merugikan bisnis, termasuk menolak melibatkan aktris berusia 18 tahun meskipun secara hukum mereka sudah dianggap dewasa. Perubahan ini menjadi sorotan publik karena terkait erat dengan bagaimana industri “hiburan” beradaptasi dengan kehidupan di Jepang yang semakin ketat aturan sosial dan hukumnya.

Ketatnya Proses Seleksi

Salah satu langkah utama yang dilakukan adalah pemeriksaan latar belakang calon aktris kondang secara detail. Tidak hanya soal usia, tapi juga melibatkan informasi keluarga dan kemungkinan adanya penolakan sosial. Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa industri “perfilman” tidak lagi menghadapi kasus paksaan atau kontroversi hukum. Langkah ini menunjukkan bagaimana dunia hiburan dewasa ikut menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan di Jepang yang kompleks.

Dari Fantasi ke Batas Realita

Meski dulu sempat dikenal dengan konsep ekstrem, kini industri “perfilman” lebih memilih jalur aman. Bahkan untuk adegan-adegan berisiko, banyak produser menggantinya dengan simulasi, seperti penggunaan lotion atau krim alih-alih sesuatu yang nyata. Hal ini menjadi bukti bahwa fantasi tetap dijaga, tapi dengan menghindari potensi masalah serius. Bagi sebagian orang, keputusan ini mencerminkan pergeseran besar dalam kehidupan di Jepang, di mana hiburan sekalipun harus tunduk pada batasan hukum dan sosial.

Reaksi Publik yang Beragam

Namun, tidak semua penonton menyambut baik perubahan ini. Ada yang merasa kecewa karena banyak elemen dalam “perfilman” profesional dianggap hanya sebatas rekayasa, mulai dari status perkawinan aktris hingga latar belakang pekerjaan mereka. Publik menilai bahwa kehidupan di Jepang sudah penuh aturan, sehingga mereka menginginkan tontonan yang terasa lebih nyata, bukan sekadar buatan produser.

Arah Baru Industri “Perfilman”

Meski begitu, industri “perfilman” tetap berjalan dengan strategi baru yang lebih aman. Produser berusaha menjaga keberlangsungan bisnis tanpa harus menanggung risiko besar. Pada akhirnya, perubahan ini memperlihatkan bagaimana dunia “hiburan” di Jepang kini memilih menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan di Jepang yang semakin mengedepankan kehati-hatian.

KAORI Newsline | Sumber

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses