Dunia hiburan Jepang kembali heboh setelah munculnya sebuah “film” yang memarodikan pesona Sayaka Okada, seorang idol spektakuler, YouTuber, sekaligus pemain mahjong profesional. Sosoknya yang populer dengan gaya tegas dan kecerdasannya di meja mahjong tampaknya menginspirasi industri “hiburn” untuk membuat versi “alternatif” dari dirinya—meskipun tanpa izin, tentu saja.
Popularitas yang Jadi Bumerang
Sebagai figur publik yang menonjol, Sayaka Okada telah lama dikenal karena keahliannya dalam mahjong, sesuatu yang juga berkaitan dengan latar belakangnya sebagai perempuan berdarah Tionghoa. Berkarier sejak 2011 sebagai model dan mulai bermain mahjong profesional pada 2017, namanya makin naik setelah sering tampil di turnamen besar. Namun reputasinya sebagai sosok berlidah tajam—yang sempat terekam kamera saat mengomentari presenter turnamen—menjadikannya pribadi yang menarik perhatian, termasuk bagi mereka yang berniat mengeksploitasi citranya.
Yaya Kohaku Jadi “Klon” Okada
Dalam parodi berdurasi 114 menit dengan kode RMER-051 ini, aktris kondang Yaya Kohaku tampil sebagai duplikat Sayaka Okada. Mulai dari pakaian, gaya rambut, hingga ekspresi, semuanya dibuat semirip mungkin. Bahkan properti mahjong yang identik dengan karier Okada dipakai dengan cara-cara yang, yah… sangat jauh dari konteks permainan aslinya. Elemen inilah yang membuat banyak penggemar terkejut sekaligus mempertanyakan batas etika industri parodi dewasa di Jepang.
Industri “Perfilman” dan Budaya Parodi
Fenomena seperti ini bukan hal baru. Industri “perfilman” Jepang memang dikenal gemar memarodikan isu trending, tokoh terkenal, hingga karakter anime populer. Nama besar seperti Sayaka Okada menjadi magnet kuat yang sering dimanfaatkan. Namun pendekatan ini tak selalu berjalan mulus. Beberapa parodi sebelumnya bahkan ditarik peredarannya karena mengangkat kasus sensitif atau berpotensi melanggar hukum. Dalam kasus terbaru ini, masih belum jelas apakah Okada akan menanggapi secara resmi, namun banyak pihak berharap industri mulai lebih berhati-hati saat menggunakan citra figur publik tanpa persetujuan.
KAORI Newsline | Sumber





