Semua orang dapat melangkah untuk menjadi lebih baik, tapi hanya sekian banyak orang yang berhasil melangkah untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Untuk dapat melangkah perlu adanya dorongan kuat, dukungan sekitar, dan tentu saja pengalaman hidup. Itulah hal yang dialami oleh Mako, sosok mahasiswi pemalu yang bahkan kesulitan untuk mencoba makan di luar sendirian.

Anime Food for the Soul atau Hibi wa Sugiredo Meshi Umashi atau Hibimeshi adalah seri anime orisinal P.A. Works. Anime ini tayang perdana pada musim semi 2025. Simak ulasan anime Food for the Soul ini.

Sinopsis Food for the Soul

Food for the Soul atau Hibi wa Sugiredo Meshi Umashi atau Hibimeshi berkisah mengenai Mako Kawai, seorang mahasiswi yang sering kali takut untuk mencoba hal-hal baru, bahkan hal sekecil seperti mencoba untuk makan sendirian saja terasa berat baginya, meski dirinya memiliki hobi memasak. Namun seketika ia bertemu dengan teman SD-nya, Shinon Ogawa, di mana temannya tengah membuat sebuah klub baru bertemakan penelitian makanan. Inilah kisah 5 mahasiswi baru yang suka keluar bersama-sama terutama untuk memakan makanan yang nikmat dan lezat. 

Persahabatan dimulai dari Makanan

© Hibimeshi Production Committee

CUTE GIRLS DOING NORMAL THINGS.

Kalimat tersebut telah mendefinisikan esensi dari anime Food for the Soul atau Hibi wa Sugiredo Meshi Umashi atau Hibimeshi ini. Tidak perlu datang menonton anime ini dengan ekspektasi tinggi, karena pada dasarnya anime ini adalah anime santai mengenai persahabatan antara mahasiswi dan juga makanan. Meski premis sederhana tapi waktu yang kalian habiskan bersama anime ini terasa lekat dan nyaman. Jika kalian menyukai pacing dan konsep dari anime Non Non Biyori, maka perasaan serupa dapat kalian temui ketika menonton anime ini, karena pasalnya anime ini juga dibuat oleh pencipta Non Non Biyori.

Layaknya Non Non Biyori, tidak ada karakter dengan kemampuan spesial di sini. Semuanya adalah orang yang dapat kalian temui dalam kehidupan. Dari orang yang jago memasak tapi terkadang malu hingga orang yang ekstrovert tapi asal bunyi. Melihat karakter yang “bukankah ini saya”, menjadikan anime ini terasa relatable terutama untuk kita yang sudah dewasa. Bila sebelumnya Non Non Biyori membuat kita mengenang masa kecil kita di kampung halaman, kini Food for the Soul membawakan bagaimana jika perasaan serupa kini dapat direplikasi dalam kehidupan dewasa semasa kuliah. Namun ini bukanlah anime mengenai kehidupan kampus seperti Golden Time atau bahkan Genshiken. Melainkan fokus pemersatu tema di sini adalah “makanan”! Meski bukanlah hal yang bombastis, makanan di sini adalah titik temu di mana persahabatan akan tetap ada dengan duduk bersama-sama menikmati makanan yang baru saja matang.

Tapi perlu digarisbawahi, ini bukan anime masak-masak, kalian tidak perlu berekspektasi seperti Shokugeki no Souma atau Fermat Kitchen. Ini adalah anime sederhana mengenai memasak untuk bersama. Kesederhanaan itulah yang entah membuat anime ini santai dan nyaman untuk ditonton, melihat mereka masak, tertawa, dan melakukan kegiatan pada masa muda mereka entah telah membawa rasa senyum dalam diri saya. Meski memang ceritanya tidak terlalu dalam, tapi pembawaan cerita yang mampu membawa transisi cerita dari poin A ke lain cukup membantu penonton untuk dapat merasa seperti bagian dari kelompok mereka.

Oh ya masih ingatkan ini adalah anime “cute girls doing normal things”. Ya, kalimat tersebut cukup benar karena pada dasarnya tidak ada drama atau konflik yang dalam. Permasalahan mereka cukup sederhana dan sepele sehingga mereka hanya perlu bertindak layaknya seorang mahasiswi. Bahkan hampir semua kegiatan yang mereka buat cukup relate, tidak ada kegiatan mewah, semua adalah kegiatan sederhana yang dapat kalian lakukan pada saat ini juga bersama teman terdekat.

© Hibimeshi Production Committee

Mengakhiri musim, cerita yang dibawakan anime ini memang tidak ada yang spesial. Tapi kisah perjalanan dari awal hingga akhir itulah yang membuat anime ini terasa spesial dan melekat dalam hati. Perkembangan karakter adalah poin plus dari anime ini.

Mako, Sosok Mahasiswi yang Mau Melangkah dalam Food For the Soul

© Hibimeshi Production Committee

Jujur, dari semua karakter yang ada, dapat dibilang hanya Mako sajalah yang terasa berubah secara terus terang yang mana dapat kalian lihat pada awal dan akhir musim dari anime ini. Walau begitu, saya rasa itu sudah lebih dari cukup, karena Mako adalah karakter utama dengan keinginan kuat untuk merubah dirinya keluar dari zona nyamannya. Keluar dari zona nyaman bukanlah hal yang mudah, perlu kemauan yang kuat untuk dapat melakukan itu, terkadang kemauan juga tidak cukup, dan di saat itulah teman hadir untuk mengembangkan diri kita.

Teman-teman klub Mako cukup membantu Mako menjadi sosok yang lebih berani lagi dan sigap dalam melakukan apa yang ia inginkan. Mereka adalah orang yang mampu mengisi kekurangan setiap anggotanya. Dari teman yang pemalas, introvert, ekstrovert, dan normal, mereka hadir menemani satu sama lain.

© Hibimeshi Production Committee

Sesuai dengan premisnya, perpaduan pas antara cerita yang sederhana dengan teman yang relatable membuat anime ini mudah untuk diikuti dan nyaman untuk ditonton. Belum lagi kalian juga akan disajikan oleh visual yang cukup wah.

Berlanjut ke halaman selanjutnya.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses