Kabar mengejutkan datang dari dunia musik Jepang. MARiA, vokalis duo pop rock GARNiDELiA, mengaku bahwa dirinya tidak menerima pembayaran resmi dari agensinya selama bertahun-tahun. Pernyataan ini muncul tidak lama setelah pengumuman bahwa GARNiDELiA akan memasuki masa hiatus tanpa batas waktu.
Kondisi Berat di Balik Panggung
Dalam pernyataannya, MARiA menceritakan bahwa ia mengetahui masalah keuangan ini lewat pihak ketiga. Meski sempat merasa ada yang tidak beres, ia mengaku takut untuk mengonfrontasi agensi karena suasana kerja yang menekan. Selama beberapa tahun terakhir, ia bahkan sampai jatuh sakit dan menangis tanpa henti sepulang dari panggung, menggambarkan betapa berat tekanan yang dialaminya.
Tekanan Mental dan Fisik
Selain persoalan pembayaran, MARiA juga mendapat kritik keras dari bos agensinya mengenai sikap dan performa. Hal ini membuatnya semakin tertekan hingga akhirnya pada Agustus lalu, ia mengirimkan pemberitahuan pemutusan kontrak melalui kuasa hukumnya. MARiA menegaskan bahwa kondisi mental dan fisiknya sudah sampai pada titik batas, sehingga ia tidak bisa lagi bertahan di dalam sistem yang menurutnya penuh tekanan.
Masa Depan GARNiDELiA
Pernyataan MARiA ini menyusul pengumuman dari Toku, komposer GARNiDELiA, yang sebelumnya mengumumkan hiatus dan pembatalan tur stellacage tour 2025 [PROGRESS]. Toku sendiri menyebut karya musik bersama MARiA sebagai harta berharga dalam hidupnya, serta berterima kasih kepada para penggemar yang setia mendukung GARNiDELiA.
Dukungan untuk MARiA
Meski situasi ini membuat masa depan GARNiDELiA terasa tidak pasti, MARiA tetap menyampaikan rasa terima kasih kepada para penggemar yang selama ini memberi semangat. Ia berharap publik tidak melontarkan kata-kata kasar terhadap Toku, karena rekan duetnya itu tidak terlibat dalam masalah internal dengan agensi. Kisah MARiA sekaligus membuka mata banyak pihak tentang tantangan yang masih dihadapi artis di balik gemerlap panggung musik Jepang.
KAORI Newsline | Sumber











