Banyak yang mengenal kisah Haru Urara sebagai cerita seekor kuda yang tidak pernah menyerah, sebuah simbol harapan yang mengharukan. Namun, di balik legenda yang menghangatkan hati tersebut, tersimpan sebuah realita yang jauh lebih kelam dan menyakitkan dari sosok kuda yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya ini. Kisah hidup Haru Urara sesungguhnya bukanlah dongeng tentang semangat juang semata. Ini adalah sebuah narasi tentang seekor kuda yang sejak awal kariernya dipaksa bekerja keras untuk bertahan hidup, bahkan saat cedera, hanya untuk kemudian ditelantarkan oleh pemiliknya saat masa pensiun dan nyaris menemui akhir yang tragis.

Dilahirkan untuk Kalah, Dipaksa untuk Berlari

Ironi pertama dalam hidup Haru Urara dimulai dari kelahirannya. Ia memiliki garis keturunan yang sangat baik. Ayahnya adalah Nippo Teio, seekor kuda juara yang dijuluki “raja mil”. Kakek dari pihak ibunya bahkan adalah sang legendaris, Nijinsky. Secara silsilah, ia memiliki potensi juara. Namun, takdir berkata lain. Haru Urara terlahir dengan fisik yang kecil, dengan berat di bawah 400 kg. Ia juga memiliki sifat yang penakut, sensitif, dan kurang konsentrasi, sangat tidak cocok untuk menjadi seekor kuda pacu yang kompetitif. Kondisi fisiknya tersebut yang membuat Haru Urara tidak dilirik sama sekali saat pelelangan kuda, hal yang membuat Muneishi, pelatihnya, membawanya ke Kochi. Pada balapan debutnya di Pacuan Kuda Kochi pada 17 November 1998, ia finis di posisi terakhir, sebuah awal yang akan mendefinisikan seluruh kariernya.

Ia terus dipaksa berlomba dalam jadwal yang sangat padat, sekitar 20 kali dalam setahun, sebuah jadwal brutal bagi seekor kuda thoroughbred. Ini dilakukan bukan karena semangat juang, melainkan karena kebutuhan ekonomi. Dengan biaya perawatan tahunan yang mencapai 1,3 juta yen, uang tampil sebesar 60.000 yen per balapan menjadi satu-satunya cara agar ia tidak merugi. Menurut pelatihnya saat itu, Muneishi, jika ia hanya bisa berlari 15 kali setahun, ia pasti sudah dipertimbangkan untuk pensiun. Haru Urara bahkan pernah menderita penyakit kuku yang parah hingga membusuk, namun ia tetap dipaksa berlari tanpa istirahat. Pada musim semi 2003, peternakan asalnya sempat berencana untuk memensiunkannya. Namun, pelatihnya justru mencari pemilik baru agar ia bisa “terus berlari selagi mampu,” sebuah keputusan yang ironisnya memperpanjang penderitaannya.

Kisah Hidup Haru Urara: Dipaksa Balapan dan Ditelantarkan
2016 ©ESPN, Inc.

Bintang Para Pecundang

Di tengah kerja kerasnya yang sia-sia, sebuah keajaiban terjadi, namun bukan di lintasan balap. Pacuan Kuda Kochi saat itu berada di ambang kebangkrutan. Seorang penyiar bernama Koji Hashiguchi memutuskan untuk memasarkan rentetan 113 kekalahan Haru Urara sebagai sebuah cerita unik. Narasi “bintang para pecundang” ini ternyata sangat beresonansi dengan masyarakat Jepang yang sedang dilanda resesi. Popularitasnya meledak dan berhasil menyelamatkan Pacuan Kuda Kochi dari penutupan. Namun, ketenarannya tidak disambut baik oleh semua pihak. Joki legendaris, Yutaka Take, yang dibujuk untuk menungganginya, pada awalnya merasa terganggu dengan fenomena yang dianggapnya tidak normal dan menghina semangat kompetitif dari olahraga pacuan kuda.

Ditelantarkan dan Terancam Disuntik Mati

Puncak dari kisah hidup Haru Urara yang tragis terjadi setelah ia pensiun. Ia berpindah tangan ke pemilik kedua, Mihoko Anzai. Setelah beberapa tahun, pemilik baru ini menelantarkannya di peternakan Martha Farm di Chiba. Sang pemilik meninggalkan Haru Urara tanpa memberi uang perawatan, yang kemudian mulai membebani kondisi finansial peternakan. Akibatnya, pihak peternakan yang tidak mampu menanggung biaya, sempat berada dalam pilihan sulit untuk menyuntik mati Haru Urara. Sang legenda yang pernah menyelamatkan sebuah arena pacuan kuda kini berada di ujung tanduk, dilupakan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab atas hidupnya.

Baca juga: Haru Urara Punya Diary Asli yang Menggemaskan

Nyawanya sekali lagi terselamatkan, bukan oleh industri yang membesarkannya, tetapi oleh para penggemar yang tulus mencintainya. Tidak lama setelah balapan legendarisnya dengan Yutaka Take, sang pemilik membawa Haru Urara pergi dari Kochi. Jejaknya hilang selama 10 tahun, sebelum pihak peternakan Martha Farm mengumumkan keberadaannya. Setelah Martha Farm mengumumkan kondisi tersebut, donasi dari seluruh Jepang membanjiri mereka. Sebuah organisasi bernama “Haru Urara’s Group” pun dibentuk oleh pihak peternakan. Organisasi ini didanai oleh para anggota untuk menjamin masa pensiunnya yang damai, sebuah tanggung jawab yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Ketenaran keduanya melalui game Umamusume: Pretty Derby juga membawa dukungan baru dari seluruh dunia hingga akhir hayatnya.

KAORI Newsline | Sumber 1Sumber 2

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses