Lanjutan dari halaman sebelumnya.

Apa tujuan Comipara yang harus diketahui oleh para kreator?
Kreator ingin diapresiasi. Kami menghargai kerja keras karya teman-teman. Dan harapannya ketika teman-teman mendapatkan apresiasi, hal tersebut menjadi bahan bakar bagi mereka supaya mereka semangat berkarya.
Supaya ekosistemnya bisa jalan, tentu kita tidak bisa berharap hanya komik. Ke depan, kalau bisa, film juga. Posisi komik di Indonesia belum benar-benar diakui oleh banyak orang. Kalau sebagai hiburan, orang normies dibilang tahu komik ini karyanya siapa, mungkin belum sampai ke sana. Bagaimanapun di Jepang juga, dari komik, diangkat menjadi animasi dan menjadi film live action juga.
Kalau dari segi teknis acaranya, apa yang ingin diberikan dari Comipara kepada kreator?
Kami memulai dengan mengkurasi para partisipan. Sangat diutamakan kreator yang punya komik originalnya sendiri. Kita lakukan kurasi. Kami mau semuanya yang di Comipara ini sebagai kreator. Jangan sampai ada yang curang. Ngakunya kreator, tapi jualan bootleg, jualan karya buatan AI. Dari fokus itu, kita turunkan ke banyak hal.
Kami punya tim kurator sendiri. Kami cek satu-satu. Kami sweeping semuanya. Cek, aman, semuanya benar sesuai dengan katalog. Kalau ada tambahan, disampaikan tambahannya apa.
Ya memang menegakkan aturan mendasar itu butuh effort. Tapi kami pastikan setiap laporan ditindaklanjuti. Kalau misal ada yang diduga mirip AI, ya kami minta kreator tunjukkan proses kerjanya.
Kami juga adakan kegiatan quest. Jadi ada lomba
Konsep kurasi ini sangat menarik karena sesuai dengan visi Comipara untuk memajukan komik Indonesia. Apakah dari tim kurasi ada kuota tertentu berapa circle yang harus jual komik?
Dulu awalnya syaratnya harus buku. Dan kalau tidak salah, dari 50 yang jualan buku, hanya separuhnya saja yang jualan komik. Kami terus lanjutkan hal ini. Kurasi membuat, mengajak mereka untuk membuat, supaya semakin banyak juga yang tertarik membuat komik. Meskipun susah, tapi kita tetap lakukan.
Ternyata, setiap acara Comipara, jumlah yang membuat buku bertambah. Yang bikin komik juga semakin banyak. Dulunya, semua komik baru bisa launching di Comipara, tapi sekarang tidak bisa semuanya karena sudah terlalu banyak!
Berapa jumlahnya?
Ada sekitar 20-an komik baru. Tapi kita akhirnya sekarang pangkas. Kita pisah dalam lima sesi, setiap sesinya ada 2 komikus. Tapi aslinya yaa memang ada 20an sekian yang mau launching.
Circle semakin tertantang untuk meng-launch komiknya di Comipara terlebih dahulu. Akhirnya, mereka akan semakin termotivasi. Kualitas komiknya juga akan terus meningkat.
Sekarang hampir 100% circle jualan buku. Yang spesifik menyebut jualan komik, kurang lebih sekitar 70-80 persen.
Bagaimana jumlah pengunjungnya?
Terus naik secara signifikan. Dari tadinya kami pakai separuh hall JEC, lalu satu hall, 2 hall, sekarang 3 hall full kami pakai semua. Mungkin sekitar 10 ribuan.
Soal kapasitas ini, ada yang berbeda. Mas lihat sendiri, jarak antar baris circle-nya kan lebar banget kan. Kami benar-benar perhatikan bagaimana supaya orang bisa berlalu-lalang dengan nyaman. Bisa berinteraksi dengan kreatornya.
Apa alasan utama pengunjung datang ke Comipara?
Kalau karakteristik pengunjungnya, hari Sabtu, orang datang buat belanja. Mereka buru-buru datang supaya jangan sampai barangnya habis dulu. Sisanya di hari Minggu, kebanyakan bercampur. Ada yang mau beli, dan banyak juga pengunjung umumnya. Makanya coswalk dan acara DJ kita buat di hari Minggu. Karena barang-barang jualannya sudah banyak yang berkurang. Tapi bagi yang mau ketemu kreatornya, biasanya cenderung fokus di hari pertama.
Apa genre atau fandom tertentu yang paling banyak dijual oleh kreator?
Tidak acak banget, tapi juga tidak spesifik. Jual yang original, tapi juga jual dojin, jual merch.
Apakah di Comipara selanjutnya ada rencana menambah jumlah circle?
Tentu sangat tergantung kapasitas gedung. Di sini, JEC sudah termasuk gedung yang paling besar.
Dari mana asal kreator yang membuka circle di Comipara?
Yang saya lihat, kreator sekarang makin muda umurnya. Kurang lebih 50% dari luar Jogja, lalu 40 an persen asal Jogja. Dulunya, yang kreator Jogja agak kurang, tapi semakin berjalannya waktu, makin banyak yang dari Jogja.
Sebagian besar masih asal Jawa. Selain itu, ada juga dari Malang, Surabaya, dari Jakarta mulai banyak, ada juga dari Bandung. Ada juga kreator dari Bali yang konsisten ikut Comipara. Dari luar pulau Jawa juga ada, meskipun sedikit dan jauh sekali jaraknya. Tapi kalau dari luar Jogja, top 3 nya dari Jakarta, Bandung, lalu Surabaya dan Malang.
Apa sikap Comipara terhadap konten NSFW?
Sama sekali tidak boleh jualan pornografi. Tertulis di aturan. Apabila ketahuan jualan R18, akan kami tindak dan kami turunkan.
Kami ingin Comipara menjadi acara yang family-friendly, bisa dinikmati oleh semua orang dan semua kalangan.

Apakah ada dukungan secara komersial atau dari pemerintah untuk Comipara?
Sebelumnya ada di Comipara 4, tapi sifatnya lebih ke publikasi. Ada juga kerja sama dengan media besar untuk meliput. Tapi saat ini, kami independen. Kami tidak ada kerja sama dengan pemerintah. Saat ini kami kerja sama dengan BCA. Tapi kami minta ya mereka berikan dukungan kepada kreator. Membantu mendaftarkan, ada EDC, dan kemudahan-kemudahan lain. Ada juga usaha percetakan. Misal mau cetak komik buat dijual di Comipara, order lewat mereka, nanti kreator pas datang, barangnya sudah selesai cetak.
Kepada para pengunjung atau kreator yang ingin ikut Comipara, apa pesan Anda?
Kami bukan EO, kami komikus, kami melakukan apa yang harus kami lakukan. Kami tidak banyak sponsor. Kreator, mau baru atau lama, siapapun Anda, selama Anda bikin komik, kami siap menyambut.
Kepada calon pengunjung, yuk mari datang ke Comipara, mari nikmati dan rasakan sendiri seperti apa suasana Comipara.
KAORI Newsline | oleh Kevin W











