Masjid Bertambah, Penolakan Masih Terjadi di Jepang

0
Masjid di Jepang
MASJID DI JEPANG - Masjid Indonesia di Tokyo di dalam Sekolah Republik Indonesia di Meguro Tokyo. Diresmikan pada 26 Mei 2017 oleh Duta Besar RI untuk Jepang, Arifin Tasrif. © Tribunnews

Perkembangan Islam di Jepang terus menunjukkan tren positif. Hingga akhir 2024, sudah ada lebih dari 150 masjid berdiri di seluruh negeri. Jika digabung dengan ruang salat di bandara, stasiun, dan pusat publik lainnya, jumlahnya mencapai sekitar 295 lokasi. Meski demikian, kehadiran masjid baru tak selalu diterima dengan mudah. Beberapa proyek pembangunan masih menghadapi penolakan dari warga setempat karena alasan sosial, budaya, hingga lingkungan.

Tantangan Pembangunan Masjid di Tengah Warga Lokal

Profesor Hirofumi Tanada, peneliti terkemuka mengenai Islam di Jepang, menuturkan bahwa tantangan utama pembangunan masjid bukan terletak pada peraturan pemerintah daerah, melainkan pada persetujuan warga sekitar. “Satu orang tetangga saja menolak, prosesnya bisa sangat sulit,” ujarnya. Ia menyarankan agar sosialisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum pembelian tanah untuk masjid dilakukan, agar kehadiran rumah ibadah bisa diterima dengan baik oleh lingkungan sekitar.

Penolakan Terjadi di Sejumlah Wilayah

Beberapa kasus mencerminkan rumitnya dinamika penerimaan terhadap komunitas Muslim. Di Hiji, Prefektur Oita, rencana pembangunan pemakaman Muslim ditolak warga karena dianggap bisa mencemari tanah dan air. Kasus serupa juga terjadi di Miyagi, di mana ratusan warga menentang proyek pemakaman khusus Muslim hingga akhirnya dibatalkan oleh gubernur pada September 2025. Sementara itu, di Kanazawa dan Toyama, penolakan pembangunan masjid muncul karena alasan kebisingan, parkir, dan kekhawatiran sosial, meski akhirnya beberapa proyek tetap berjalan setelah negosiasi panjang.

Membangun Pemahaman dan Dialog Antarwarga

Meski tantangan masih ada, banyak komunitas Muslim di Jepang berupaya menjembatani perbedaan dengan dialog terbuka dan pendekatan budaya. Beberapa pusat kegiatan bahkan dikembangkan sebagai tempat pertukaran budaya, bukan hanya tempat ibadah. Upaya ini menunjukkan bahwa Islam di Jepang tumbuh bersama semangat toleransi dan saling pengertian, meski prosesnya tidak selalu mudah. Melalui komunikasi yang baik dan kolaborasi lokal, harapannya ke depan masyarakat Jepang bisa lebih menerima keberagaman agama di tengah kehidupan mereka.

KAORI Newsline | Sumber

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses