Pekerja Indonesia Berperan Besar Dalam Pertanian Jepang

0
pekerja indonesia
© FNN

Di tengah krisis tenaga kerja yang melanda sektor pertanian Jepang, pekerja asal Indonesia kini memegang peranan penting dalam kehidupan di Jepang. Di Kota Ebino, Prefektur Miyazaki misalnya, mereka menjadi tulang punggung di Tachikui Farm, kebun yang menanam bayam dan talas. Dari total 16 pekerja asal Indonesia di sana, 12 di antaranya merupakan peserta program magang. Di bawah terik matahari musim gugur, para pekerja ini terlihat bersemangat mengangkat hasil panen dengan senyum di wajah.

Belajar dan Bekerja dengan Semangat Tinggi

Banyak dari mereka datang ke Jepang karena ingin mempelajari sistem pertanian modern yang belum banyak diterapkan di tanah air. Salah satu pekerja mengaku tertarik dengan teknologi mesin pertanian seperti traktor yang jarang digunakan di Indonesia. “Semua orang di sini baik dan ramah, jadi saya ingin bekerja lama di tempat ini,” ujarnya. Bagi mereka, kehidupan di Jepang bukan hanya tentang bekerja, tetapi juga tentang menimba ilmu dan pengalaman yang berharga.

Pengakuan dari Pemilik Kebun

Pemilik Tachikui Farm, Yoshifumi Tachikui, memberikan apresiasi tinggi terhadap para pekerja Indonesia yang dinilainya memiliki etos kerja luar biasa. “Mereka datang ke Jepang dengan semangat yang tinggi dan tidak kalah dengan pekerja lokal,” katanya. Tak heran, banyak perusahaan pertanian di Prefektur Miyazaki kini mengandalkan tenaga kerja asing seperti mereka. Data menunjukkan lebih dari 1.500 perusahaan di wilayah tersebut telah mempekerjakan pekerja asing.

Perubahan Sistem dan Tantangan Baru

Namun, kehidupan di Jepang bagi para pekerja ini akan segera mengalami perubahan. Pemerintah Jepang akan mengganti sistem magang lama (gino jisshu) dengan sistem baru bernama Ikusei Shuro Seido, yang memungkinkan pekerja asing berpindah tempat kerja secara lebih bebas. Meski kebijakan ini diharapkan memperbaiki kondisi kerja, ada kekhawatiran bahwa banyak pekerja akan memilih pindah ke kota besar seperti Tokyo demi gaji yang lebih tinggi.

Membangun Hubungan dan Masyarakat Inklusif

Untuk menghadapi tantangan ini, Tachikui menilai hubungan yang manusiawi adalah kunci utama. Ia menganggap para pekerja seperti anak sendiri dan menekankan pentingnya memperlakukan mereka setara dengan warga Jepang. Pengamat ketenagakerjaan Seiichiro Dokyu juga menambahkan bahwa seluruh masyarakat harus ikut berperan dalam menciptakan budaya yang menerima keberagaman. Dengan begitu, Jepang bisa menjadi negara yang “dipilih dunia” dan menjaga keberlanjutan kehidupan di Jepang, terutama di sektor pertaniannya.

KAORI Newsline | Sumber

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses