Dalam upaya menciptakan pemilu yang lebih transparan dan inklusif, sebuah aplikasi bernama Marriage Vision diluncurkan di Jepang. Aplikasi ini memudahkan pemilih untuk mengetahui sikap para kandidat terhadap isu-isu penting seperti pernikahan sesama jenis dan penggunaan nama belakang berbeda bagi pasangan yang menikah. Langkah ini menjadi angin segar dalam kehidupan di Jepang yang selama ini masih cukup konservatif dalam urusan kebijakan keluarga.
Cara Kerja Marriage Vision
Dengan hanya mengarahkan kamera ponsel ke poster kampanye kandidat, layar akan menampilkan pernyataan seperti “Saya mendukung pernikahan sesama jenis” atau “Saya mendukung pasangan menikah dengan nama belakang berbeda”, jika kandidat tersebut memang memberikan dukungan. Jika tidak ada respons dari kandidat terkait dua isu ini, layar tidak akan menunjukkan apa pun.
Dukungan dari Aktivis dan Mahasiswa
Aplikasi Marriage Vision merupakan hasil kerja sama antara kelompok advokasi Marriage For All Japan dan Asuniwa. Dalam sebuah uji coba di Universitas Doshisha, mahasiswa seperti Ayaka Sato menyambut baik kehadiran sistem ini. Menurutnya, dukungan terhadap minoritas akan membuat masyarakat lebih bersatu. Haruki Mimori, mahasiswa lainnya, juga menilai bahwa sistem ini memudahkan dalam menentukan pilihan saat pemilu, terutama bagi yang mencari kandidat yang mendukung pernikahan sesama jenis.
Tantangan Legalitas di Jepang
Sampai saat ini, Jepang masih menjadi satu-satunya negara anggota G7 yang belum melegalkan pernikahan sesama jenis maupun civil union. Selain itu, Jepang juga mewajibkan pasangan menikah untuk memiliki nama belakang yang sama — aturan yang juga tengah menuai perdebatan. Kehadiran Marriage Vision menjadi salah satu langkah kecil yang memberi harapan bagi perubahan sosial yang lebih inklusif.
KAORI Newsline | Sumber











