Di Sulawesi, seekor kumbang yang dulu dianggap hama kini justru membuka peluang bisnis ke Jepang. Ali, seorang warga Sinjai, Sulawesi Selatan sukses membangun rumah megah hasil dari perdagangan kumbang badak dan kumbang rusa. Para petani yang sebelumnya hanya mengandalkan hasil panen, kini mendapatkan tambahan penghasilan dengan menangkap serangga yang ternyata bernilai tinggi di pasar Jepang.

Bisnis yang Mengubah Desa
Permintaan bisnis ke Jepang membuat sejumlah spesies kumbang seperti kaukasus hingga rusa yang banyak ditemukan di Sulawesi jadi incaran kolektor. Dengan harga yang bisa mencapai ribuan yen per ekor, Ali membeli serangga dari petani lokal lalu mengekspornya lewat jalur resmi. Hasilnya, kehidupan di desanya berubah drastis. Bahkan, banyak petani kini memasang perangkap berisi pisang busuk hanya untuk menarik serangga-serangga yang bisa dijual.

Pasar Jepang Jadi Tujuan Utama
Statistik menunjukkan, dari ribuan kilogram serangga yang diekspor Indonesia antara 2021 hingga 2024, hampir seluruhnya dikirim lewat bisnis ke Jepang. Ali sendiri mempekerjakan hingga lima orang untuk membantu mempersiapkan kiriman selama musim pengiriman. Di Jepang, kumbang-kumbang ini populer di kalangan anak-anak maupun kolektor, menjadikannya komoditas yang unik sekaligus menguntungkan.

Ancaman Terhadap Ekosistem
Namun, di balik peluang yang menggiurkan ini, bisnis ke Jepang ini menyimpan kekhawatiran. Ali mengaku jumlah tangkapan menurun dibandingkan beberapa tahun lalu. Pemerintah Indonesia pun mulai membatasi penangkapan beberapa jenis serangga demi mencegah kerusakan ekosistem. Jepang sendiri juga waspada, karena pelepasan spesies asing berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan. Meski begitu, selama aturan tetap ditegakkan, perdagangan kumbang masih jadi bagian dari denyut kehidupan ekonomi di Sulawesi.
KAORI Newsline | Sumber











