Suasana di depan Stasiun Shinjuku, Tokyo, Jepang memanas pada 1 Agustus 2025 lalu ketika lebih dari seribu orang turun ke jalan dalam aksi menentang diskriminasi rasial. Mereka berkumpul dengan satu pesan jelas: kehidupan di Jepang harus bebas dari ujaran kebencian dan informasi palsu terhadap kaum minoritas.

Tokoh Publik Ikut Angkat Suara
Aksi tersebut tidak hanya dihadiri warga biasa, tetapi juga sejumlah tokoh publik seperti pengacara Keiko Ota, Shoichi Ibusuki, serta produser musik Kiyoshi Matsuo. Dalam orasinya, musisi Shuya Okino menyampaikan pentingnya peran setiap individu dalam melawan diskriminasi untuk menciptakan kehidupan di Jepang yang lebih adil dan setara.
Suara dari Komunitas Terpinggirkan
Seorang pekerja kantoran dari Setagaya, Tokyo, juga menyuarakan keresahannya. Ia merasa terganggu dengan retorika selama kampanye pemilu sebelumnya yang menyudutkan warga LGBT dan penduduk asing. Pengalamannya sebagai bagian dari komunitas LGBT dan memiliki kerabat yang menikah dengan warga asing membuatnya tergerak hadir di tengah kerumunan.

Seruan untuk Aksi Nyata
Aksi tersebut juga disertai seruan untuk perubahan kebijakan. Para penyelenggara mengajak masyarakat menandatangani petisi online agar para anggota parlemen Jepang membuat undang-undang yang melindungi hak setiap individu, tanpa memandang kewarganegaraan. Mereka yakin kehidupan di Jepang akan jauh lebih harmonis jika semua orang diperlakukan dengan hormat dan setara.
KAORI Newsline | Sumber











