Kementerian Pertanian Jepang mengumumkan bahwa harga sayuran musim panas di bulan Agustus diperkirakan naik sekitar 10 hingga 30 persen. Kenaikan ini disebut sebagai dampak langsung dari cuaca panas ekstrem yang melanda berbagai wilayah serta kurangnya curah hujan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini menjadi perhatian besar karena berimbas langsung terhadap kehidupan di Jepang, terutama di sektor rumah tangga dan pasar tradisional.
Tujuh Jenis Sayur Alami Kenaikan
Dari total 15 jenis komoditas yang dikaji, tujuh di antaranya mengalami lonjakan harga. Sayuran seperti lobak, wortel, bayam, mentimun, tomat, paprika hijau, dan brokoli—yang kebanyakan berasal dari Hokkaido, Tohoku, dan Kita Kanto—terkena dampak paling besar. Kenaikan harga ini cukup signifikan mengingat perannya yang vital dalam pola makan sehari-hari masyarakat. Lonjakan harga ini menjadi salah satu tantangan dalam kehidupan di Jepang yang kini semakin kompleks.
Kentang dan Terong Juga Naik Tajam
Di akhir Agustus, kentang dan terong juga diprediksi akan mengalami kenaikan harga antara 10 hingga 30 persen dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir. Cuaca buruk dinilai menjadi penyebab utama terganggunya pasokan sayur ke pasar grosir, yang otomatis menekan pasokan dan menaikkan harga. Kejadian ini menambah beban ekonomi masyarakat dan memperlihatkan bagaimana kehidupan di Jepang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Kabar Baik dari Sawi Putih dan Kubis
Meski sebagian besar harga naik, ada kabar baik dari sawi putih, kubis, dan selada. Sawi putih, yang sebelumnya sempat mahal saat musim dingin, kini justru mengalami penurunan harga lebih dari 30 persen karena panen melimpah di Prefektur Nagano. Sementara itu, kubis dan selada dari wilayah Gunma juga mengalami penurunan harga berkat curah hujan sedang. Walau begitu, fluktuasi harga tetap menjadi tantangan nyata dalam kehidupan di Jepang yang mengandalkan stabilitas sektor pertanian.
KAORI Newsline | Sumber











