Fenomena unik tengah terjadi dalam kehidupan di Jepang. Banyak turis asing tanpa sadar membawa kebiasaan memberi tip ke restoran Jepang, padahal budaya tersebut tidak lazim di sana. Beberapa pegawai restoran bahkan sempat kebingungan saat menerima tip secara langsung, hingga membuat sebuah jaringan restoran besar memutuskan menaruh kotak tip di kasir.
Solusi Kotak Tip yang Kontroversial
Kotak tip tersebut akhirnya berhasil mengumpulkan puluhan ribu yen setiap bulan. Uang yang terkumpul dipakai untuk kesejahteraan pegawai, namun tidak semua pelanggan setuju. Ada yang mengkritik bahwa budaya tip bisa merusak pola kehidupan di Jepang yang terbiasa dengan sistem layanan tanpa tambahan biaya. Perdebatan pun ramai terjadi di media sosial, dengan sebagian orang mempertanyakan apakah uang tip benar-benar sampai ke staf.

Inovasi Lewat Teknologi Digital
Fenomena ini juga mendorong munculnya inovasi baru. Perusahaan teknologi Dinii meluncurkan sistem pembayaran digital yang memungkinkan pelanggan menambahkan tip lewat aplikasi. Sistem ini kini digunakan di sekitar 900 restoran, terutama di kawasan ramai turis seperti Shinjuku di Tokyo dan Namba di Osaka. Menurut pemilik Yakitori Smith, sistem tip digital tersebut justru memberi semangat bagi staf dan membuat suasana restoran jadi lebih hidup.
Tantangan Upah dan Tenaga Kerja
Meski begitu, fenomena tip ini menyoroti isu yang lebih besar dalam kehidupan di Jepang, yaitu rendahnya upah pekerja restoran. Data dari Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan bahwa sektor makanan dan akomodasi memiliki gaji rata-rata terendah di seluruh industri. Para pakar menilai, meski budaya Jepang cenderung menolak tip, masalah ini bisa jadi momentum untuk memikirkan kembali sistem upah dan distribusi keuntungan agar pekerja lebih sejahtera.
KAORI Newsline | Sumber











